Suryalaya, Menjadi “Pesantren Cerdas” Setalah 115 Tahun

1,878 kali dibaca

Sabtu, 5 September 2020, genap 115 tahun usia Pondok Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya, Jawa Barat. Salah satu pesantren tertua di Indonesia yang memiliki kekhasan “Inabah” atau program pengobatan pecandu narkoba ini kini memasuki era digital. Suryalaya mulai menerapkan Smart Village, program digitalisasi pesantren di Jawa Barat.

Peluncuran Smart Village di Pondok Pesantren Suryalaya dilakukan oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bertepan dengan peringatan hari jadi (milad) ke-115. Melalui program Smart Village ini, Pesantren Suryalaya mulai menerapkan metode pembelajaran digital, yang kebetulan sangat cocok untuk situasi selama pendemi.

Advertisements

Pengembangan digitalisasi ini memang sejalan dengan program Smart Village atau Pesantren Cerdas dari Pemerintah Provinsi Jawa yang ingin pondok pesantren terbuka dalam bidang teknologi. Adapun, metode pembelajaran digital di Pesantren Suralaya sudah mulai dilakukan beberapa hari terakhir ini. Digitalisasi yang dilakukan di Pondok Pesantren Suryalaya ini mencakup kegiatan pembalajaran melalui sistem teknologi informasi.

“Dalam digitalisasi ini, pengajian dapat selalu disiarkan. Jadi di manapun berada, santri bisa terus belajar,” kata Iin Farid Khozin, Kepala Bagian Hubungan Masyarakat, Pondok Pesantren Suryalaya pada Sabtu (5/9).

Iin menjelaskan, pengembangan metode pembelajaran secara digital itu sekaligus menjawab tantangan pendidikan di tengah masa pandemi Covid-19. Sebab, selama pandemi Covid-19 terjadi banyak metode pembelajaran dilakukan secara daring. Pesantren Suralaya ke depannya akan terus melanjutkan pengembagan digitalisasi di lingkungnya. Di era teknologi informasi ini, pesantren juga harus mengikuti modernisasi zaman. Oleh sebab itu, santri juga harus terus mengikuti perkembangan, terutama teknologi informasi.

“Kita mulai resmikan hari ini, ada dakwah, pengajian, kuliah keagamaan melalui internet. Kita sudah coba dan dapat diikuti oleh 1.000 orang,” ujar Iin. Ia menambahkan, pembelajaran secara daring sangat perlu dilakukan di Pesantren Suryalaya. Sebab, santri pesantren itu tersebar dari berbagai daerah, bahkan hingga Singapura, Thailand, dan Malaysia.

Namun begitu, ia mengakui bahwa pengembangan digitalisasi Pesantren Suryalaya masih mengalami kendala minimnya insfrastruktur. Selain itu, jaringan Internet di wilayah itu masih terbatas. Walauapun demikian, Pesantren Suralaya tak akan berhenti mengembangkan digitalisasi itu. “Kita akan komunikasikan ke provider agar jaringan internet bisa dibenahi. Ini adalah cikal bakal pesantren digitalisasi di Jabar,” kata dia.

Pondok Inabah

Selama ini, Pesantren Suryalaya lebih sohor sebagai pesantren yang memiliki metode khusus pengobatan untuk para pecandu narkoba yang disebut inabah. Seperti dikutip dari Wikipedia, inabah adalah istilah yang berasal dari Bahasa Arab “anaba-yunibu” yang berarti mengembalikan. Dengan demikian, metode inabah berarti pengembalian atau pemulihan. Maksudnya ialah proses kembalinya seseorang dari jalan yang menjauhi Allah ke jalan yang mendekat ke Allah. Konsep perawatan korban penyalahgunaan obat serta kenakalan remaja adalah mengembalikan orang dari perilaku yang selalu menentang kehendak Allah atau maksiat  kepada perilaku yang sesuai dengan kehendak Allah atau taat. Metode inabah mencakup meliputi tahapan mandi, salat, talqin dzikir, dan pembinaan.

Keberadaan Pondok Pesantren Suryalaya sendiri dirintis oleh Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad atau yang dikenal dengan panggilan Abah Sepuh pada 5 September 1905. Saat itu,  Abah Sepuh mendirikan sebuah pesantren, berupa sebuah mesjid yang terletak di kampung Godebag, Desa Tanjung Kerta Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.

Pada 1956, di usia ke-120 tahun, Abah Sepuh wafat. Kepemimpinan dan kemursyidannya dilimpahkan kepada putranya yang kelima, yaitu KH Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin yang akbrab dipanggil dengan sebutan Abah Anom. Pada masa itu, Pesantren Suryalaya sering mendapat gangguan dan serangan, seperti serangan yang dilakukan DI/TII.

Lalu, pada masa pemberontakan PKI tahun 1965, Abah Anom banyak membantu pemerintah untuk menyadarkan kembali eks anggota PKI, untuk kembali kembali ke jalan yang benar menurut agama Islam dan Negara. Setelah pemberontakan DI/TII dan PKI berhasil dilumpuhkan, perkembangan Pesantren Suryalaya semakin pesat dan maju. Faktor yang paling dominan adalah banyaknya masyarakat dari berbagai daerah yang ingin belajar Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah.

Kini, Lembaga pendidikan yang ada dilingkungan Pondok Pesantren Suryalaya terbagi menjadi dua, yaitu pendidikan formal dan non-formal. Pendidikan formal yang ada terbagi menjadi dua, yaitu pendidikan formal umum dan keagamaan, mulaia dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Dengan program Smart Village, diharapkan kualitas penyelenggaraan pendidikan di Pondok Pesantren Suryalaya semakin maju dan berkembang.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan