Santri, Sastra, dan Terapi Mental

1,834 kali dibaca

Secara etimologi, sastra berasal dari Bahasa Sanskerta, yaitu shastra, artinya melek huruf, penuntut ilmu, dan pelajar. Kemudian muncul istilah kesusastraan yang berasal dari “su” yang artinya indah dan “sastra” yang artinya karya (tulis, lisan, dan lainnya). Secara umum, sastra adalah sebuah karya seni yang indah mewujud di sekitar kehidupan manusia.

Pesantren adalah tempat para pencari ilmu (agama, khusunya) di dalam sebuah area. Santri, secara khusus, adalah mereka yang mendiami sebuah pondok pesantren untuk menimba ilmu pengetahuan secara umum. Sedangkan, sastra pesantren erat kaitannya dengan literasi yang mempunyai ciri khas pesantren, yaitu pengetahuan agama (Islam) dan sarana kitab-kitab pengajaran yang biasa disebut dengan kitab kuning.

Advertisements

Tidak dapat dimungkiri bahwa di pondok pesantren mengalami perkembangan yang sangat pesat terkait sastra. Terutama, sastra yang berkaitan langsung dengan karya tulis (literasi) maupun karya sastra lainnya seperti lahirnya theater dan sanggar sebagai tempat untuk aktualisasi diri.

Sastra Menurut Para Ahli

Sastra adalah ungkapan ekspresi manusia berupa karya tulisan atau lisan berdasarkan pemikiran, pendapat, pengalaman, hingga ke perasaan dalam bentuk yang imajinatif, cerminan kenyataan atau data asli yang dibalut dalam kemasan estetis melalui media bahasa. Pengertian ini diperkuat oleh Sumardjo & Saini (1997: 3) yang berpendapat bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa.

Mursal Esten (Esten, 1978: 9) berpendapat bahwa sastra adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia dan masyarakat umumnya, melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek positif terhadap kehidupan manusia.

Panuti Sudjiman mengatakan bahwa sastra merupakan karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapanya (1990 : 68). Penekanan terhadap indah dan orisinil dimaksudkan sebagai sebuah karya satra yang harus mengedepankan etika tanpa adanya plagiasi yang mendorong kepada kemunafikan. Karya diri sendiri akan mencerminkan kecerdasan dalam memanfaatkan logika imajinasi yang dicintai oleh yang di atas maupun yang di bawah.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan