Sistem Muhadatsah dan Ta’lim Al-Mufrodat di Pesantren

562 kali dibaca

Salah satu sistem yang berlaku di berbagai pondok pesantren, seperti di Pondok Modern Darussalam Gontor, adalah penerapan Bahasa Arab dan Inggris dalam keseharian. Dalam sistem ini, santri diwajibkan untuk berkomunikasi dengan Bahasa Arab dan Inggris secara bergantian.

Misalnya, dua minggu untuk Bahasa Inggris dan tiga minggu untuk Bahasa Arab. Wujud lain dari penerapan berbahasa dalam keseharian adalah pelajaran di kelas yang keseluruhannya menggunakan Bahasa Arab dan Inggris. Hal tersebut tentu tak luput dari berbagai macam usaha yang diterapkan para kiai untuk membentuk santri yang mampu berbahasa Arab dan Inggris, di antaranya adalah muhadatsah dan ta’lim al-mufrodat yang diadakan setiap pagi setelah tadarus.

Advertisements

Ketika bel dibunyikan setelah salat subuh selesai, misalnya, para santri bergegas kembali ke asrama masing-masing untuk bersiap melakukan tadarus. Para santri duduk dengan rapi di depan asrama untuk melakukan tadarus.

Setelah tadarus, mereka beralih kepada kegiatan ta’lim al-mufrodat atau dalam Bahasa Indonesia bisa diartikan dengan pengajaran kosa kata. Setiap pagi, para santri mendapatkan tiga sampai enam kosa kata baru berdasarkan tingkatan atau kelas masing-masing.

Tidak hanya mendapat kosa kata baru, tetapi para santri juga diminta untuk menghafal dan kemudian menyusunnya dalam suatu kalimat. Setiap kosa kata disusun dalam tiga kalimat.

Hal tersebut bertujuan agar para santri tidak hanya menghafal dan mengetahui kosa kata tersebut, melainkan mereka mampu menyusunnya ke dalam kalimat menggunakan ilmu nahu, saraf, dan grammar yang mereka dapatkan di kelas. Ta’lim al-mufrodat ini berlangsung selama tiga puluh menit.

Di malam hari sebelum tidur, para santri juga diwajibkan untuk menghafal kosa kata beserta contoh kalimat dari kosa kata yang mereka pelajari di pagi hari. Dan mereka menyetorkan hafalan kepada pengurus asrama dengan tertib.

Hal tersebut bertujuan untuk memastikan bahwa mereka benar-benar menghafal dan mengerti penggunaan setiap kosa kata. Biasanya, ta’lim al-mufrodat ini diadakan empat kali dalam seminggu, yaitu pada hari Senin, Rabu, Sabtu, dan Ahad.

Pada hari Selasa, sebagai pengganti dari ta’lim al-mufrodat, diadakan muhadatsah atau yang dalam Bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai percakapan. Jika saat ta’lim al-mufrodat mereka duduk di depan asrama, ketika muhadatsah mereka berdiri berkelompok dengan didampingi satu pengurus asrama.

Terdapat dua metode dalam muhadatsah, yaitu metode al-hiwar al-mubaasyir dan juga al-hiwar al-muwajjah. Al-hiwar al-mubaasyir adalah metode di mana para santri berdiri berpasang-pasangan dan berbincang dengan bahasa yang sedang berlaku di minggu tersebut. Al-hiwar al-mubaasyir ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa percaya diri santri dalam berbahasa.

Salah satu kunci kesuksesan dalam berbahasa, menurut diktat kepondokmodernan Pondok Modern Darussalam Gontor, ialah harus berani membuang rasa malu/segan dan tidak khawatir salah.

Sementara itu, al-hiwar al-muwajjah adalah metode di mana pengurus asrama akan membacakan suatu teks yang ada dalam buku, kemudian diikuti oleh para anggota. Muhadatsah ini berlangsung selama dua puluh menit.

Pada hari Jumat tidak diadakan muhadatsah ataupun ta’lim al-mufrodat. Melainkan, para santri dikumpulkan pada satu tempat, kemudian diadakan fun friday atau dalam Bahasa Arab biasa disebut jum’ah sa’idah.

Pada hari ini para santri diajak untuk menyadari bahwa belajar bahasa bukan hanya menghafal dengan cara membosankan, tetapi juga bisa dilakukan dengan hal yang menyenangkan, seperti mendengarkan lagu berbahasa Arab dan Inggris, menonton film, atau dengan permainan-permainan seru lainya. Karena biasanya memakan waktu yang lebih panjang dari muhadatsah dan ta’lim al-mufrodat, maka acara ini berlangsung sampai pukul 06.00 WIB.

Semua sistem yang berlaku ini tak lain adalah bentuk usaha dalam penerapan Bahasa Arab dan Inggris dalam lingkungan pondok pesantren.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan