Selawat dan Segenggam Bu’u’

1,054 kali dibaca

Di Pondok Pesantren Annuqayah Sumenep, Madura, dulu, saat saya masih aktif nyantri, Jumat adalah hari yang ditunggu-tunggu. Sejak Kamis sore kami sudah bersiap-siap untuk melewati waktu yang paling menyenangkan, sangat mengasyikan, dan begitu menggembirakan. Hal itu disebabkan karena Jumat merupakan waktu santuy bagi para santri karena kegiatan pondok berjeda di hari tersebut.

Kebebasan yang terbatas, begitulah kira-kira kaki menyebutnya. Sebab, meskipun kami bebas, tetapi tetap dalam batasan-batasan aturan pesantren. Seperti tidak boleh meninggalkan area pesantren tanpa adanya surat izin dari pengurus.

Advertisements

Sebenarnya tidak sulit jika hanya ingin keluar area pesantren dalam waktu tidak boleh lebih dari 24 jam. Karena pada saat itu, keluar lingkungan pesantren dengan waktu sebentar boleh seizin pengurus, tidak ke pengasuh. Maka bagi santri yang rumahnya dekat biasanya pulang sebentar (toleransi sehari semalam), dan hanya minta izin ke pengurus pesantren.

Ada “banyak” hal yang dapat dilakukan santri pada hari bebas ini. Seperti menghidupkan radio. Saat itu, pesawat radio merupakan barang mewah. Tidak banyak santri yang mempunyai barang yang pernah mengalami kemajuan dengan acara sandiwara radio Saur Sepuh ini. Kemudian kami juga boleh memasak (dulu jarang santri yang ngekos) dengan waktu yang cukup luas. Juga dapat melakukan kegiatan musyawarah, kelompok kecil tadris yang diadakan secara mandiri, serta berolah raga semacam bulu tangkis, sepak bola mini, dan lain sebagainya, termasuk jalan-jalan (jogging).

Selawat Plus

Salah satu kegiatan yang ditunggu-tunggu santri (tidak semuanya) adalah pembacaan selawat Nabi bakda isya. Dipimpin oleh santri-santri senior, kami melantumkan bacaan selawat dengan irama lagu dan ragam fariasinya.

Hal yang menarik dari santri yang ikut serta dalam kegiatan ini adalah, di akhir acara akan ada pembagian bu’u’. Bu’u’ adalah masakan khas Madura yang secara sederhana dapat saya jelaskan, merupakan masakan beras yang diurap dengan parutan kelapa. Rasanya gurih dan tentu saja sangat enak, terutama bagi santri yang dalam keadaan perut keroncongan.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan