Santri Tuna Netra itu Kini Berstatus Mahasiswa UGM

4,280 kali dibaca

Keterbatasan fisik tak pernah menyurutkan semangat belajar Muhammad Irsyad. Santri Pondok Pesantren Bustanul Huda Malus, Solok, Sumatra Barat, yang menyandang tuna netra itu kini memulai kehidupan barunya sebagai salah satu mahasiswa Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Cita-citanya bisa membawa perubahan bagi daerahnya.

Seperti perguruan tinggi lainnya, Pelatihan Pembelajar Sukses bagi Mahasiswa Baru (PPSMB) Universitas Gajah Mada berlangsung sejak Senin (7/9/2020) hingga Oktober mendatang. Kegiatan ini diikuti ribuan mahasiswa baru yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Salah satunya ialah Muhammad Irsyad, mungkin satu-satunya mahasiswa berlatar belakang santri yang menyandang tuna netra di situ.

Advertisements

Sebelumnya, Irsyad tercatat sebagai santri di Pondok Pesantren Bustanul Huda Malus. Di pondok ini, sembari mengaji, Irsyad yang mengalami kebutaan total sejak kecil juga bersekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) di lingkungan pondok. Meskipun mengalami keterbatasan penghilatan, selama berada di pondok, Irsyad dikenal sebagai santri atau siswa yang unggul, dan selalu berprestasi.

Pimpinan Pondok Pesantren Bustanul Huda Malus, Buya Syarkawi, menjelaskan, selama mengikuti pembelajaran di pondok sejak tamat dari Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Golden Arm Padang Aro, Irsyad telah memperlihatkan banyak kelebihan dalam berbagai mata pelajaran. Artinya, keterbatasan dirinya yang buta sejak lahir itu tidak membuatnya patah semangat untuk belajar.

“Bahkan, ia mampu menyisihkan kawan-kawannya yang normal dalam belajar sehingga sering menjadi juara selama duduk di bangku MTs maupun MA di Ponpes ini,” terang Syarkawi. Maka, ia tak heran jika akhirnya Irsyad menjadi santri pertama dari lulusan pertama dari Pondok Pesantren Bustanul Huda Malus yang diterima di UGM.

Sebagai penyandang tuna netra, putra dari pasangan Jamuhur dan Dasniarti ini mengakui memang sering menemui kesulitan di dalam proses belajar  di sekolah, terutama dalam aktivitas belajar yang mengharuskannya menggunakan buku pelajaran.

“Untuk belajar tentu ada kesulitan-kesulitan tertentu, tapi saya ingin membuktikan kepada orang lain bahwa saya tetap bisa berprestasi walau ada keterbatasan fisik,” ucap bungsu dari enam bersaudara ini.

Banyaknya teman dan keluarga yang terus memberi dukungan ketika Irsyad mendapatkan kesulitan belajar. Dan hal ini membuatnya semakin bersemangat untuk belajar. Hebatnya, ia bisa mengikuti semua pelajaran dengan baik, bahkan menjadi langganan juara kelas sejak masih duduk di bangku sekolah dasar.

“Ada teman-teman yang bantu. Saya tidak bisa membaca materi yang ada di buku, maka ditolong oleh teman yang membacakan,” kata Irsyad.

Latar belakang daerah Irsyad masih menghadapi sejumlah persoalan sosial, mulai dari ketimpangan ekonomi hingga ketidakmerataan pendidikan. Berdasarkan hal itulah ia berkeinginan untuk menempuh pendidikan yang akan menyiapkannya untuk membantu membangun daerahnya dan menjadi pembawa perubahan bagi kehidupan masyarakat setempat selepas menamatkan pendidikannya di MA.

“Di sini banyak anak-anak yang tidak bersekolah karena biaya atau kurangnya dorongan dari orang tua. Saya ingin berkontribusi untuk bisa menyelesaikan permasalahan seperti ini dan membantu masyarakat,” ungkapnya. Rupanya motivasi yang sangat mulia itulah yang menjadikan Irsyad bertekad menempuh kuliah di UGM.

Memasuki tahun terakhirnya di MA, Irsyad mulai berkeinginan untuk dapat berkuliah di UGM. Kedua orang tuanya sempat ragu dengan pilihan tersebut. Selama ini Irsyad memang selalu didampingi ketika beraktivitas di luar rumah sehingga mereka khawatir jika anaknya harus hidup sendiri jauh dari mereka di tempat yang baru.

Namun, Irsyad terus berusaha meyakinkan mereka bahwa ia sudah siap untuk menghadapi tantangan yang akan muncul di kemudian hari dan akan belajar untuk hidup mandiri. Berbekal restu dari orang tua, ia pun memantapkan diri untuk mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa baru di UGM.

Ia mulai mengumpulkan informasi terkait proses seleksi dan hal-hal yang harus ia siapkan. Ia hanya mengandalkan Internet untuk mempelajari segala sesuatu tentang seleksi ini, termasuk untuk mencari materi-materi yang dapat ia pelajari sebagai persiapannya mengikuti UTBK.

“Saya tidak mengikuti bimbingan belajar. Jadi saya hanya bisa rajin-rajin membaca latihan soal yang ditemukan di Internet dan mencari video-video di youtube,” kisahnya.

UTBK ia jalani di Kota Padang dan setelah menanti beberapa minggu, Irsyad akhirnya menerima informasi bahwa dirinya lulus sebagai calon mahasiswa UGM. Menurut informasi, yang mendaftar ke UGM melalui jalur SBMPTN tahun ini sebanyak 62 ribu orang dari seluruh Indonesia. Yang lulus lewat jalur ini hanya sebanyak 3 ribu orang. Sedangkan, untuk jurusan Sosiologi Pembangunan dan Kesejahteraan yang diterima hanya sebanyak 27 orang, dan salah seorang yang diterima itu adalah Muhammad Irsyad.

Rasa haru dan bangga menyelimutinya karena ia menyadari bahwa perjuangannya serta dukungan dan doa dari orang terdekatnya mengantarkannya untuk menyandang status sebagai mahasiswa UGM. Dengan antusiasme dan semangat tinggi ia memulai hari-harinya sebagai mahasiswa baru UGM dan menunggu kesempatan untuk mengukir segudang prestasi lainnya.

“Kalau ada keinginan, jalan pasti selalu ada. Kita hanya perlu menanamkan keinginan itu dalam hati,” ucapnya.

Multi-Page

One Reply to “Santri Tuna Netra itu Kini Berstatus Mahasiswa UGM”

Tinggalkan Balasan