Hampir semua pondok pesantren di berbagai daerah telah memulangkan santri ke rumah masing-masing untuk memutus mata rantai penyebaran virus Corona. Namun, di sejumlah pesantren, santri yang berasal dari zona merah atau daerah dengan risiko tinggi penularan Covid-19 tidak dipulangkan. Mereka diisolasi di pondok masing-masing.
Salah satu contohnya adalah di Pondok Pesantren Tanbihul Ghofilin Alif Baa, Desa Mantrianom, Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Barat. Meskipun pondok telah diliburkan dan santri dipulangkan, masih ada santri yang tidak boleh pulang. Mereka harus bertahan di pondok untuk menjalani isolasi mandiri.
Santri Pondok Pesantren Tanbihul Ghofilin Alif Baa yang berasal dari wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) tidak diizinkan pulang. Alasannya, wilayah Jabodetabek merupakan daerah zona merah penularan virus Corona.
Di Pondok Pesantren Tanbihul Ghofilin Alif Baa saat ini ada sekitar 300 santri yang berasal dari Jabodetabek yang merupakan zona merah dan tetap ditahan di pondok. Bahkan, menurut Pengasuh Pondok Pesantren Alif Baa Khayatul Makky atau akrab disapa Gus Khayat, pihaknya telah memperoleh informasi bahwa tetangga beberapa santri di daerah asalnya berstatus positif Corona.
“Kami merasa bertanggung jawab terhadap keamanan para santrinya dari potensi penularan virus Corona,” demikian alasan Gus Khayat.
Terhadap santri yang berasal dari wilayah Jabodetabek ini, menurut Gus Khayat, pihaknya memang memberikan perlakuan khusus. Santri boleh pulang ke wilayah Jabodetabek asal dijemput langsung keluarganya. Proses penjemputannya pun harus melalui persyaratan khusus. Misalnya, orang tua atau wali dari daerah itu harus menyertakan surat pernyataan dari kelurahan yang ditandatangani petugas kesehatan. Surat itu harus menyatakan wali santri sehat dan tidak terpapar virus Corona.
Selain “surat bebas Corona”, penjemput juga harus menggunakan kendaraan pribadi. Bahkan, sesampai di pondok, wali santri dari Jabodetabek ini hanya boleh menunggu anaknya di jalan.
Santri akan diantar pengurus keluar untuk menemui keluarganya. “Khusus yang dari Jabodetabek ini memang lebih diperketat. Harus ada perlakuan khusus,” katanya.