Sahabat yang Mengantar ke Surga

1,108 kali dibaca

Manusia menjalani hidup dengan lingkungan sosialnya. Manusia menjadi makhluk sosial. Di sinilah kita memahami bahwa manusia secara fitrah memang tidak mungkin hidup sendiri tanpa adanya hubungan dengan sesama makhluk ciptaan Allah.

Banyak ayat dalam al-Quran yang menjadi dalil perihal hablumminannas (berteman dengan semua manusia) ini, seperti tentang mendahulukan kepentingan orang lain (QS 2:177, 59:9),

Advertisements

berbuat baik merupakan sebaik-baik amalan (QS 3:92, 3:134), menyempurnakan takaran dan timbangan serta tidak merugikan orang lain (QS 7:85, 11:84, 11:85, 17:35, 26:181, dsb), berinfak atau memberikan sebagian rezeki kepada orang lain (QS 2:254, 3:92, 14:31, 32:16, 35:29, 42:38, dsb), tolong menolong dan kasih sayang (QS 5:2, 48:29, 24:22, 90:17), dan masih banyak banyak lagi.

Dalam relasi sosial inilah kemudian dikenal istilah sahabat, hubungan khusus antara seseorang dengan orang lainnya. Dalam hal ini, sahabat berarti hubungan pertemanan berdasar pengetahuan, perasaan, afeksi, dan juga rasa kesetiaan.

Begitulah konteks Rasulullah dalam membangun relasi dengan para sahabatnya. Rasul memilih khusus seseorang untuk bisa memperjuangkan misi ketuhanan dalam menyebarkan agama Islam. Saling memberi nasihat di antara para sahabat adalah juga bagian dari bentuk persahabatan dalam menyebarkan agama Islam.

Secara bahasa, nasihat memang serapan dari bahasa Arab (نَصَحَ), yang maknanya khalasha (خَلََصَ), yaitu murni serta bersih dari segala kotoran.

Imam Ibnu Rajab rahimahullah menukil ucapan Imam al-Khaththabi rahimahullah: “Nasihat  ialah kata yang menjelaskan sejumlah hal. Yaitu, menginginkan kebaikan pada orang yang diberi nasihat,” Hal ini juga dikemukakan oleh Ibnul-Atsîr rahimahullah, yaitu suatu kata-kata yang mencoba mengajak pada kebenaran dan kebaikan.

Karena itu, dapat ditegaskan bahwa nasihat adalah poros atas agama. Dan Rasul pun pernah mangatakan bahwa “agama adalah nasihat”:

‎عَنْ أَبِيْ رُقَيَّةَ تَمِيْمِ بْنِ أَوْسٍ الدَّارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ اَلدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ، الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ، الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ، قَالُوْا: لِمَنْ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: ِللهِ، وَلِكِتَابِهِ، وَلِرَسُوْلِهِ، وَِلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ أَوْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ، وَعَامَّتِهِمْ.

Artinya: Dari Abi Ruqayyah, Tamim bin Aus ad-Dâri Radhiyallahu anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwasanya beliau bersabda: “Agama itu adalah nasihat, agama itu adalah nasihat, agama itu adalah nasihat. Mereka (para sahabat) bertanya, ‘Untuk siapa, wahai Rasulullah?’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, Imam kaum Muslimin atau Mukminin, dan bagi kaum Muslimin pada umumnya.’”

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan