Reorientasi Islam (1)

932 kali dibaca

Sejarah Islam modern pada abad kedua puluh mencerminkan realitas-realitas politik Muslim, sebuah rekaman tentang masyarakat-masyarakat Muslim yang berjuang untuk menegaskan independensi mereka dan mendefinisikan diri mereka di dunia modern. Meski agama masih menjadi kekuatan penting dalam kehidupan agama dan budaya banyak Muslim, peran publik dan politiknya semakin terbatasi. Hampir semua negara modern menempuh jalan yang lebih sekular, yang, meski sensitif dengan perasaan-perasaan keagamaan, cenderung membatasi peran-publik agama.

Di samping perubahan-perubahan institusional dan intelektual serta reformasi-reformasi dalam kehidupan publik, akidah dan praktik Islam kebanyakan Muslim masih relatif belum tersentuh oleh perubahan modern. Signifikansi dan berurat-berakarnya penganutan tradisi pada masyarakat Muslim dan tidak adanya kepemimpinan yang efektif, barangkali dapat dilihat dalam jedanya upaya-upaya sistematis untuk melakukan reinterpretasi dan reformasi.

Advertisements

Banyak negeri Muslim menyadari bahwa lebih mudah bagi mereka untuk melanjutkan dua jalur paralel agama dan sekularitas, seperti dalam hukum dan pendidikan. Para pemimpin sekular merasa puas untuk memandatkan atau mengabsahkan perubahan dari atas dan, bila perlu, sesekali menggunakan Islam.

Rekonstruksi sistematis yang diupayakan oleh para modernis awal semisal Muhammad Abduh dan Muhammad Iqbal tidak pernah terjadi. Mayoritas pemimpin agama memilih untuk menunda saat sampai suatu saat pemulihan Islam mungkin terjadi. Banyak yang bekerja sama dengan pemerintah yang semakin bertambah dalam mengambil alih pengelolaan pendidikan agama, hukum, dan wakaf. Sebagian lainnya puas dengan mendakwahkan Islam moralis tanpa kegiatan sosial.

Pada dekade 1930-an dan 1940-an, jemaah-jemaah Islam dari Ikwanul Muslimin dan Jamaati-Islami, berusaha mengisi kekosongan itu dengan organisasi-organisasi yang menegaskan kembali relevansi Islam bagi seluruh aspek kehidupan, mendiagnosa penyakit masyarakat Muslim, dan menawarkan kegiatan keislaman yang bertujuan untuk menuntaskan masalah-masalah identitas keagamaan dan keadilan sosial.

Sejak akhir dekade 1960-an, revivalisme Islam secara progresif mulai mendominasi wacana keagamaan dan politik di banyak bagian dunia Muslim. Baik kemapanan agama maupun politik menyadari perlunya untuk merespons lewat pilihan-bersama, kerja sama, represi, atau penolakan. Sebagian revivalis bekerja sama dengan pemerintah, sebagian lainnya menjadi lebih terang-terangan dalam ajaran dan tindakan mereka.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan