PUISI PALING ADUH

882 kali dibaca

PUISI PALING ADUH

Katakanlah: Maka padamulah hidupku. Rinduku menggebu, berjingkat di ruang tunggu. Antara napas dan matiku.
Engkau semayam di dadaku. Lumuri detak detikku.

Advertisements

Katakanlah: Lindungi aku dari seruan, serbuan, lakat-lakat di dinding waktu. Kemarilah dikau ruh yang agung, yang takkan pergi sampai penuh luka diri.

Katakanlah: Aku adalah riak yang samar. Dalam gelap yang pudar. Bahwa Alif adalah Dia. Menusuk jantungmu lekat, mendekapmu erat, bak jalinan pukat di simpul yang ketat. Alangkah indah Alifmu.

Katakanlah: Hai aku yang paling lembut. Di sudut yang surup. Sedang menghirup hidup yang aduh. Maju di Ba, berhenti di lautan. Titikmu aduh yang paling aduh. Suara paling gaduh di alam yang riuh.

Katakanlah: Alif, Ba, Ta, biatmu mengaca di bulan. Baik buruk merupa jadi bualan. Ta atmu kicauan, burung bergurau meragukan. Ta, sampai di sana kau berhenti, dengan teguh melagukan qosam, dunia runtuh, terbelam.

Lampung, April/Ramadan 2022.

DOA DALAM TUJUH PUISI

/i/
Tuhan
Rusuk malam memaksaku tidur
Di emperan rumahmu
Yang suci akan dosa-dosa
Yang luas akan ampunan
Sebagaimana Kau mengerti aku
Sebagai pendosa yang berharap ampun
Maaf, aku lekas terlelap

/ii/
Tuhan
Aku musafir
Aku dengar dari seorang resi
Engkau ada di langit
Di bentang yang luas itu
Engkau berada di sebelah mana
Aku mau menemuiMu

/iii/
Dalam rukuk ini, Tuhan
Pada ujung kain sarung ini
Kulihat kau begitu indah

/iv/
Dalam sujud ini, Tuhan
Di lembaran sajadah ini
Aku ingin menciumMu

/v/
Tuhan, aku belum selesai
Jangan lekas tinggal pendosa ini sendiri
aku minta ampun, aku mau menciumMu lagi

/vi/
Salamku padaMu, Tuhan
Aku pamit, bukannya berpaling
Sampai jumpa di waktu maghrib berikutnya

/vii/
Tuhan, dengarkan aku
Aku mohon harta, harta, harta
Aku mohon cinta, cinta, cinta
aku mohon ampun, ampun saja, hanya ampun
seluas-luasnya.

Masjid Al-Muhajirin, Agustus 2020.

MUDIK 1

Hari-hari sempit
mengantar pulang hati kecil
berwudu di tanah makam
tempat nisan membangun ingatan
bersuci dengan air mata

Lampung, Lebaran 2022.

MUDIK 2

Seberapa lama
Kau menyelam di arus macet
Seberapa cepat
Kau bertamu di rumah sendiri
Sedang tuan rumahmu
Adalah rindu ibu bapakmu
Serta kamar kecilmu
Dan pakaian yang tak lagi kau
Pakai sejak saat itu
Saat kau berpamitan, dengan foto keluarga
Serta lemari kayu yang sudah menjadi hunian rayap sekeluarga

Lebaran 2022.

ilustrasi: lukisan karya sarnidi adam.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan