Pesantren: Sejarah dan Pergeseran Tradisinya

967 kali dibaca

Dalam konteks perkembangan pendidikan hari ini, bisa dikatakan di era post-modern ini, kita dapat melihat bagaimana peran-peran pendidikan Islam tradisional mulai menjadi kajian penting dalam pengembangan sistem pendidikan, pun pembelajarannya. Tidak hanya pada konteks itu sebenarnya, namun juga peran terhadap komunitas sosial yang beragam. Pesantren dikatakan oleh Zamkhsyari Dhofier sebagai fondasi dan tiang penyangga paling penting bangunan peradaban Indonesia. (Zamakhsyari Dhofier, 2011).

Artinya, ada peran penting dalam konteks sejarah kepesantrenan yang erat kaitannya dengan perkembangan sosial, budaya, dan keberagamaan. Karena tidak menutup kemungkinan bahwa pesantren memiliki gerak eksodus yang mengarah terhadap pembentukan kondisi sosial yang sesuai dengan berdirinya pesantren itu sendiri. Pertanyaan yang paling sering muncul adalah untuk apa tujuan pesantren itu sebenarnya didirikan?

Advertisements

Untuk menjawab pertanyaan di atas, ada dua pendekatan yang bisa kita gunakan. Pertama adalah pendekatan sejarah, yang kedua adalah pendekatan nilai. Sejarah awal pesantren sendiri sangatlah beragam. Ada yang mengatakan bahwa pesantren adalah semacam pesastrian dalam budaya Hindu yang kemudian oleh Wali Songo dibuat dalam bentuk Islamnya. Ada juga yang memang menjadi semacam tempat pendidikan dalam ragam hal seperti tawalib, surau, padepokan, dan lain sebagainya.

Pertama yang bisa kita kenali adalah pesantren sebagai the great traditional education, kaitannya pesantren adalah dengan pendidikan tradisional yang masih bertahan hingga masa peradaban duani ketiga. Banyak peneliti menyebutkan bahwa pesantren adalah warisan pendidikan tradisional yang memberi pengaruh besar dalam perkembangan kehidupan sosial keberagaman.
Sehingga wajar jika pesantren sampai hari ini selalu berkembang dan muncul di tengah-tengah kehidupan.

Dari yang bersifat salaf atau tradisional, sampai yang modern, mengakulturasikan perkembangan teknologi zaman, pesantren berusaha menghadirkan ruh kepesantrenannya. Ruh itu adalah kiai, kajian fikih, tauhid dan tasawuf, tradisi pesantren itu sendiri, dan asrama sebagai penunjang.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan