Pesantren dan Problematika Sampah

1,975 kali dibaca

Baru-baru ini viral sebuah pemberitaan di media digital khususnya tentang sebuah pesantren yang meninggalkan masalah sampah. Adalah Pondok Pesantren Wali Songo, yang berdomisili di Lampung Utara, ditengarai sebagai penyebab terjadinya penumpukan sampah dan membuat warga sekitar resah. Atas kejadian ini, pihak warga menyayangkan, mengapa Pesantren Wali Songo tidak menerapkan bersih lingkungan yang telah menjadi dasar pokok bahwa kebersihan itu bagian dari iman.

“Kami ini bukan bak sampah semaunya saja buang sampah, tidak memikirkan lingkungan, katanya kalau ceramah itu kebersihan bagian dari iman, omong kosong ,” ujar Edi Suroso salah satu perwakilan dari warga sekitar pesantren.

Advertisements

Hakikatnya, sampah bukan hanya masalah daerah tertentu saja, apa lagi hanya sebuah pesantren yang areanya tidak seberapa. Akan tetapi, sampah dengan segala jenisnya telah menjadi problem nasional bahkan sudah menjadi isu dunia. Tidak sedikit dalam dunia pemberitaan di berbagai platform media yang menayangkan permasalahan terkait dengan sampah. Jadi, isu problematika sampah bukan semata isu sektoral saja, akan tetapi sudah sangat meluas dan global.

Oleh karena itu diperlukan kiat-kiat khusus agar setidaknya masalah sampah ini tidak semakin menjadi-jadi. Utamanya adalah bagaimana individu menyadari pentingnya menjaga kebersihan dengan tanpa menyisakan problematika sampah. Sebab, jika tidak dilakukan pencegahan bukan tidak mungkin, ke depan, persoalan sampah akan semakin mmemperkeruh lingkungan.

Pemulung Sampah Gaul (PSG)

Salah satu kelompok yang peduli terhadap masalah sampah adalah Pemulung Sampah Gaul (PSG). Kelompok nonprofit ini lahir di lembaga pendidikan SMA 3 Annuqayah, Sumenep, Madura. Salah satu lembaga pendidikan yang berdomisili di area Pondok Pesantren Annuqayah dan menjadi pioner dalam hal kepedulian terhadap sampah. Kelompok PSG ini beranggotakan siswa dan siswi SMA 3 Annuqayah dan telah berkontribusi aktif dalam kampanye peduli lingkungan terkait dengan masalah sampah.

Seperti yang dijelaskan oleh ketua Pemulung Sampah Gaul ini, bahwa nama “gaul” merupakan ketidaksengajaan karena kalau hanya Pemulung Sampah saja kurang keren dan tidak menarik (baca: gaul). Maka kemudian melekat nama “gaul” hingga mereka menunjukkan keberadaannya terhadap orang-orang sekitar.

Bukan saja memberikan pemahaman kepada penghuni pesantren saja (santri), akan tetapi mereka mampu memberikan wawasan hingga keluar dari lingkungan pesantren. Hal ini dilakukan agar peduli sampah menjadi karakter yang tidak terpisahkan dari generasi-genarasi yang ada. Bagaimanapun, para generasi muda harus mengetahui dan memahami persoalan sampah yang tidak sederhana ini.

PSG setidaknya mengelola tiga tim dalam penyelesaian masalah sampah. Yaitu tim pangan lokal, tim sampah plastik, dan tim pupuk organik. Setiap setengah bulan, masing-masing tim PSG berkumpul membahas bidang masing-masing. Tim pangan lokal bicara mengenai makanan lokal dan pengolahan, tim sampah plastik berbicara mengenai bahan pengendalian plastik, dan tim pupuk organik berinovasi membuat pupuk dari tumpukan sampah organik.

PSG juga berupaya untuk menerapkan nol sampah plastik. Penerapan ini diawali di lingkungan SMA 3 Annuqayah sendiri. Di kantin sekolah diupayakan tidak menggunakan plastik sebagai bungkus makanan. Akan tetapi menggunakan bahan organik yang ramah lingkungan, seperti daun pisang, daun jati, dan sebagainya. Meskipun awalnya cukup menyulitkan, tetapi akhirnya tujuan nol sampah plastik itu menuai hasil dan sukses.

Seandainya Pesantren Wali Songo di Lampung Utara itu menerapkan peduli sampah sebagaimana di SMA 3 Annuqayah, mungkin persoalan sampah tidak akan sampai menjadi polemik dan perseteruan dengan warga sekitar. Sebenarnya, jika diupayakan selalu ada jalan dalam setiap persoalan. Kullu mas’alatin thoriqun ilal khoir, (pada setiap masalah selalu ada jalan keluar menuju kebaikan).

Dan tentu saja, duduk bersama mencari jalan keluar secara kekeluargaan merupakan jalan yang paling baik. Hubungan sosial kemanusiaan akan selalu dalam kebaikan dan kemaslahatan jika setiap persoalan dimusyawarahkan. Bukan mencari kambing hitam, akan tetapi berusaha untuk menyelesaikan problematika dengan semangat persaudaraan, persatuan, dan kesatuan.

Kampanye Sadar Sampah

Mengampanyekan persoalan sampah termasuk dalam dakwah kebaikan. Diceritakan oleh Sahabat Uqbah bin Amr bin Tsa’labah RA, Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya,” (HR. Muslim).

Sebagai manusia yang sadar akan pentingnya pengelolaan sampah, maka memberikan pemahaman kepada orang lain bagaimana cara mengelola sampah yang baik, merupakan sesuatu yang baik dan melahirkan kebaikan.

Sampah tidak akan pernah hilang dari kehidupan, selama kehidupan itu masih ada di muka Bumi. Sekarang, bagaimana kita menyadari bahwa meminimalisir terjadinya sampah merupakan tindakan yang akan mewujudkan kebaikan. Jika kita sadar dan menyadari bahwa sampah perlu pengendalian, maka kita pun berupaya untuk tidak membuang sampah secara sembarangan. Bahkan bagaimana kita berusaha untuk mendaur ulang sampah menjadi barang berharga, sebagaimana telah dilakukan oleh siswa-siswi SMA 3 Annuqayah tersebut.

Semakin banyak orang yang sadar akan permasalahan sampah, maka ke depan persoalan sampah tidak akan terjadi lagi. Perlu upaya ekstra untuk mewujudkan kesadaran akan problematika sampah, hingga kemudian lahir tangan-tangan terampil untuk mengubah sampah menjadi barang berharga dan bernilai guna. Tidak sedikit para pemerhati lingkungan yang berupaya bergerak ekstra demi keluar dari masalah sampah, sebagaimana dilakukan oleh Pemulung Sampah Gaul (PSG), SMA 3 Annuqayah, Sumenep, Madura.

Wallahu A’lam bis Shawab!

Madura, 14 Mei 2021

Multi-Page

Tinggalkan Balasan