Pesantren, Cinta, dan Kemanusiaan

726 kali dibaca

Dalam kumpulan tulisan Gus Dur yang dibukukan menjadi satu buku utuh berjudul Hubungan antara Agama dan Negara, terdapat satu tulisan menarik, yang sangat esensial sekali dengan kehidupan pesantren. Kehidupan yang meliputi ragam dinamika, baik di dalam ataupun dari luar pesantren. Baik konteks pembelajaran santri, pun kehidupan kiai. Jika boleh jujur, akhirnya berbondong-bondong para akademisi meneliti dan menggandrungi pesantren.

Ada yang menawarkan konsep pengetahuannya terhadap pesantren yang dipahami. Ada juga yang mengikuti alur dan gerak kehidupan pesantren itu sendiri. Maka wajar, jika kita temukan di sana-sini lembaga pendidikan dengan motto dan caption bercorak pesantren atau mencitrakan kehidupan pesantren.

Advertisements

Gus Dur dalam tulisannya yang berjudul “Masalah Kultur Kepemimpinan Islam” menegaskan bahwa ada sisi unik dalam historisasi kepemimpinan islam di negeri kita. Lantas kaitannya dengan pesantren bagaimana?

Pendidikan Islam di Indonesia didominasi oleh pesantren. Tercatat ada 26.973 pesantren di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa kepemimpinan dalam konteks ini adalah kepemimpinan Islam, yang muaranya terdapat di pesantren kemudian menjadi lokomotif penggerak sosial.

Pergerakan inilah yang kemudian menjadi dinamika baik di dalam pesantren ataupun di luar pesantren. Akhirnya masalah kultur kepemimpinan Islam, adalah bahasan yang sebenarnya terus berlanjut, bahkan mungkin sampai di masa depan akan tetap begitu.

Meminjam istilah Romo YB Mangunwijaya, yaitu dimensi religiusitas. Ungkapan ini seharusnya menjadi bagian dalam rapat-rapat pengurus pondok atau bahtsul masail. Dengan menyoroti dan mendalami dimensi religiusitas atau semangat keberagamaan, tentu akan memberi semacam peta konsep bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan yang tidak hanya tentang keislaman, tetapi juga berkaitan dengan dimensi sosial, politik, dan budaya.

Sebelum para pembaca tidak setuju dengan tulisan saya ini, saya ingin mengajak para pembaca untuk mengamati bagaimana kedekatan atau keterbukaan pesantren terhadap problem sosial yang ada di sekitarnya, misalanya yang berkaitan dengan wakaf, berkaitan dengan polemik kepercayaan atau gerak perpolitikan.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan