Pesan Suara Ibu

461 kali dibaca

Ibu membuatku risih. Aku baru memakai ponselku dan dia terus menanyakan apa ada pesan masuk untuknya?

Aku baru balik dari pesantren untuk liburan Ramadan. Selama aku ada di pesantren, HP ini dipegang Ibu. Dia memakainya untuk nonton video di Youtube atau menghubungi temannya sesama TKW di Malaysia yang masih ada di sana. Wajar saja setiap kali aku memakai HP ini dia selalu berpesan agar memberitahunya jika ada pesan masuk untuknya.

Advertisements

Kebetulan, sewaktu aku memakainya pertama kali, ada banyak pesan dan panggilan yang tak kujawab di whatsapp. Aku memberitahunya. Ketika dia mengambil alih, dia bisa bicara di telepon hampir tiga jam dan membuatku jenuh menunggunya. Aku beralih pada buku, tetapi pikiranku melayang pada HP itu, pada teman-teman yang berencana mengadakan rapat organisasi secara daring, baksos, bukber, dan beberapa kegiatan lainnya. Aku berdehem, memberi kode pada ibuku dan mondar-mandir dihadapannya. Namun, hasilnya nihil. Dia malah mengangkat tangannya, memberi isyarat agar aku menjauh.

Dia bicara sampai kepentingannya selesai.  Aku menangkap beberapa pembicaraan itu. Menguping. Aku menemukan beberapa ide untuk tulisanku. Dari beberapa percakapan yang kudengar, semuanya berkisah tentang bank, hutang, pegadaian, dan perceraian. Ibu jadi tempat curahan masalah teman-temannya dan dia bersimpati secara berlebihan. Aku tak dapat berbuat apa-apa ketika dia bilang kalau HP-ku akan dibawanya pergi ke rumah temannya untuk suatu urusan.

“Ibu bawa dulu HP ini, sebentar.” ujarnya setengah berteriak sambil memakai kerudung terburu-buru dan aku mendengus kesal.

Aku tak habis pikir. Kenapa Ibu sampai segitunya sama orang lain. Aku tidak menjamin orang-orang akan berbuat sebagaimana yang dia lakukan pada mereka. Mereka hanya ada jika butuh. Dia mau saja jadi perantara apa pun, semisal meminjam uang ke bank atas namanya, mendamaikan anak dan orang tua yang bertengkar bahkan dia rela jadi mata-mata suami orang. Demi apa coba? Aku tak tahu. Tak paham dengan pola pikirnya. Ayah tak tahu hal itu dan aku lebih memilih bungkam. Khawatir keluarga ini akan ditimpa bencana jika dia kuberitahu.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan