Persiapan Penting Menyambut Ramadhan

461 kali dibaca

Ramadhan menjadi bulan yang kedatangannya paling dinanti-nantikan oleh kalangan umat Islam. Pasalnya bulan ini begitu menakjubkan. Terkandung curahan hujan rahmat dan keberkahan. Tidak ada amal sholeh yang nihil ganjaran, kecuali dilipatgandakan. Juga barangsiapa berpuasa atas dasar iman dan ridho, seketika itu lumuran dosa pada diri terampuni oleh-Nya. Inilah sisi fadhilah Ramadhan yang tidak dimiliki bulan lain.

Ramadhan adalah bulan agung. Ia dijuluki sebagai Sayyidus Syuhur (penghulu semua bulan). Bila datangnya tamu seperti pejabat atau tokoh negara saja segala sesuatunya dipersiapkan begitu matang. Maka kedatangan tamu agung, Ramadhan, mestinya juga disambut dengan penuh sukacita laiknya para perjabat itu. Hal demikian sangat logis. Apalagi tamu agung, Ramadhan, membawa sejuta kebaikan serta memberi hadiah lipat ganda. Sementara tamu pejabat tidak membawa apa-apa selain kewibawaan diri.

Advertisements

Meraih maqom keberkahan yang paripurna akan terasa sulit jika tidak ada persiapan dengan baik. Ini halnya seperti menginginkan nilai ujian tinggi, tapi minim persiapan belajar. Maka sudah barang tentu hasilnya fantasi belaka. Konsep ‘mempersiapkan terlebih dahulu’ mengandung nilai yang teramat penting. Tujuannya agar kegiatan yang akan dijalani tidak menjadi ‘hambar’ dan nihil nilai.

Dalam konteks ini, mempersiapkan bulan Ramadhan pun tak kalah penting. Persiapan strategis perlu dirancang sedari dini. Usaha persiapan yang tepat bakal membawanya pada pencapaian pengalaman Ramadhan terbaik. Yakni, menggapai berkah dan rahmat dari-Nya. Ada beberapa persiapan-persiapan, yang menurut saya penting, dalam menyongsong bulan suci Ramadhan.

Pertama, persiapan rohani. Rohani yang tidak tertata dengan baik, ia cenderung akan merusak batin manusia, mengganggu kebahagiaan, dan merintangi pancaran keridhoan Allah Swt. Karena itu, wujud persiapan menyambut bulan Ramadhan, sebagaimana dijelaskan Syekh Abdul Qadir al-Jailani dalam kitab Al-Ghunyah, menganjurkan umat Islam menyucikan diri dari dosa dan bertobat dari kesalahan masa lampau. Mengikis habis segala macam penyakit rohani, seperti sombong, hasad, nifaq, kikir, riya. Setelah itu, latih lagi beriman secara totalitas, yaitu patuh dan ridho terhadap perintah-Nya. Sami’na wa atho’na bukan sami’na wa ashoina.

Kedua, persiapan mental. Mempersiapkan mental yang kokoh di bulan Ramadhan begitu penting. Hal ini supaya dinamika kecemasan, stress, kekalutan, hingga frustasi tidak menghiasi diri di saat ramadhan. Sebab pada gilirannya ia hanya lajur penghambat proses penghambaan menuju kesempurnaan ibadah. Adapun wujud persiapannya berupa, melatih pengendalian emosi diri, menjaga hati agar senantiasa ikhlas, dan merujuk amaliah-amaliah yang menetralisir mental emosial (berdzikir, istighfar, dan sholawat). Mental yang sudah kokoh otomatis berdampak pada kelancaran menunaikan ibadah di bulan Ramadhan.

Ketiga, persiapan kesehatan. Sehat merupakan unsur terpenting dalam menunjang aktivitas ibadah Ramadhan. Dengannya kita dapat melakukan ibadah secara maksimal. Bahkan sehat termasuk salah satu syarat wajib puasa. Tak terbantahkan lagi kita memerlukan kondisi fisik yang prima selama bulan Ramadhan tersebut. Bentuk persiapannya yaitu, menyetop konsumsi makanan tidak sehat, tetap memakai masker bila bepergian, membersihkan lingkungan sekitar dari sarang penyakit, merencanakan menu santapan dan minuman selama Ramadhan yang lebih sehat dan bergizi, dan atur pola olahraga demi tetap menjaga kebugaran.

Keempat, persiapan material. Sifat materi ini sejatinya bukan mengarahkan gaya hidup materialisme. Namun lebih memahamkan bahwa, persiapan ini memiliki korelasi dengan yang lain. Kontribusinya berarah positif sebagai penunjang persiapan-persiapan lain. Misalnya, jika menu sahur dan buka ingin sehat bergizi, dibutuhkan uang untuk membeli bahan makanannya. Oleh karena itu, memanajemen material itu memang perlu. Disisi lain, persiapan ini juga sebagai alarm dini bakal ada tanggungan berzakat. Adalah zakat fitrah, kewajiban zakat yang harus ditunaikan kaum Muslim.

Kelima, mempersiapkan pengetahuan. Kita perlu memperkaya khazanah pengetahuan tentang Ramadhan. Amal yang disokong ilmu akan meningkatkan kualitas ibadah kita. Sekarang sumber pengetahuan sudah banyak dan mudah diakses. Bisa dari membaca buku-buku Ramadhan, mendengarkan kajian-kajian ulama kredibel (Santri Gayeng, program Shihab & Shihab dan lainnya), serta belajar pada tokoh Agama setempat. Bagi perempuan, pengetahuan semacam ini juga amat diperlukan. Jadi ketika masa haid mulai melanda. Ia tetap bisa produktif menjalankan amalan yang diperbolehkan.

Keenam, target yang praktis dan realistis. Bekal keilmuan di atas, dapat menjadi parameter menetapkan ajaran (ibadah) apa saja yang cocok dengan kondisi kemampuan kita. Tetapkan target ibadah yang praktis dan realistis. Tidak perlu muluk-muluk, tapi jalankan saja secara konsisten. Misalnya membaca al-Quran setiap hari ataupun hanya bersedekah. Melaksanakan amal meski kecil tapi secara konsisten tidaklah sia-sia, justru hal tersebut dicintai Allah Swt. Nabi SAW bersabda, “Amal yang paling dicintai Allah swt adalah yang dilakukan secara konsisten, meskipun sedikit” (HR Bukhari). Kata kuncinya bukan kuantitas, tapi fokus pada kualitas. Yakni, beribadah dengan konsistensi, istikamah.

Itulah enam tips yang perlu dipersiapkan menjelang bulan Ramadhan. Ramadhan adalah bulan istimewa. Bulan di mana Al-Quran turun pertama kali, setan-setan dirantai, dosa diampuni, dan perbuatan baik diberi pahala yang lebih besar. Mari sambut Ramadhan ini dengan antusiasme dan rancangan terbaik dari diri kita.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan