Perkenalan Pertama dengan Gus Dur

1,908 kali dibaca

Tahun 2013, merupakan tahun paling bersejarah sekaligus menjadi babak baru dalam hidup saya. Apa pasal? Karena, di tahun itu, tepatnya ketika saya baru menginjakkan kaki di kelas XII di SMA Negeri 1 Arjasa, Kangean, Sumenep, Madura, saya sudah mengenal salah satu tokoh intelektual Muslim Indonesia yang sangat disegani dan dihormati banyak kalangan, yaitu KH Abdurrahman Wahid atau akrab disapa Gus Dur. Ini adalah perkenalan kali pertama saya dengan beliau.

Perkenalan saya dengan sosok Gus Dur tak seperti orang pada umumnya yang dapat bertatap muka secara langsung, tetapi melalui salah satu karyanya bertajuk Tuhan Tidak Perlu Dibela terbitan LKiS Yogyakarta tahun 1999. Maklum, tempat tinggal saya jauh dari jangkauan orang, yakni di ujung pulau bagian paling timur dari pulau-pulau yang ada di Kabupaten Sumenep. Kangean namanya. Jangankan bertemu, mengenal lewat televisi (TV) saja sudah menjadi keberuntungan bagi diri saya. Sebab, hanya satu dua orang yang memiliki TV kala itu. Sungguh, kehidupan yang jauh dari peradaban.

Advertisements

Kembali kepada soal Gus Dur. Sebenarnya, perkenalan saya dengan beliau tak bisa dilepaskan dari jasa seorang teman lama. Berkat dia, saya bisa mengenal sosok Gus Dur dan tentu juga pemikirannya. Perkenalan itu bermula ketika saya pulang dari sekolah, di pertengahan jalan saya bertemu seorang teman tersebut dan kebetulan ia baru pulang dari Jawa, tepatnya daerah Yogyakarta, tempat ia menimba ilmu pengetahuan. Kawan saya itu kuliahnya di salah satu kampus ternama di Yogyakarta, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga.

“Nanti malam main-main ke rumah, kalau tidak ada kesibukan,” ajak teman saya sembari berjalan.

“Iya”, jawabku dengan riang gembira, karena baru bertemu.

Ketika sampai di rumahnya, kami pun mengobrol dengan panjang lebar dan ngalur ngedul, dari soal kabar, aktivitas sehari-hari, hingga perkuliahan. Setelah cukup lama kami mengobrol kurang lebih dua jam, tiba-tiba teman saya menyodorkan sebuah buku bertajuk Tuhan Tidak Perlu Dibela itu. Dalam benak orang awan seperti saya, masa iya Tuhan tidak perlu dibela? Bukankah Tuhan harus dibela dari siapapun yang ingin merendahkan-Nya.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan