bom bunuh diri

Keyakinan dan Kematian

851 kali dibaca

Reformasi doktrinasi agama transnasional semakin menjamur dan terselubung. Menghadirkan ideologi baru di tengah masyarakat bermotif radikalis-terorisme. Perlu diakui bahwa perilaku terorisme berkorelasi dengan agama sebagai sebuah ajaran. Meski agama dibentuk untuk menciptakan kedamaian dan kebaikan, namun ada kecacatan paradigma memandang agama sebagai ajaran yang kaku dan terbelakang.

Eksklusivitas agama melahirkan konflik horizontal dan vertikal. Menciptakan ketidakpercayaan pada institusi dan lembaga negara yang diajarkan melalui forum-forum kajian. Tokoh agama memberikan dogma dan pemahaman konservatif dengan embel-embel pemurnian ajaran agama yang tekstualis. Kegagapan berpikir terbuka dengan menyandarkan keyakinan pada ulama, mendasari kerelaan diri -hingga berkorban nyawa- demi kepentingan agama.

Advertisements

Tak dapat dipungkiri bahwa mayoritas pelaku terorisme diidentifikasi sebagai muslim. Simbolisasi pakaian dan beragam barang bukti pelaku mengarahkan tentang kesalahan memahami esensi agama Islam. Pendekatan transendensi melihat kemampuan manusiawi dengan kaca mata yang lebih luas dari kepentingan diri, keluarga, dan kelompoknya.

Motif terorisme masih menjadi teka-teki meski faktor agama dan politik berperan besar dalam aksi bom bunuh diri di ruang publik. Bertujuan untuk menciptakan kecemasan dan ketakutan di tengah masyarakat demi tujuan kekuasaan. Solidaritas terorisme menjadi simbol kebebasan yang menindas perbedaan.

Menurut Strassner (2008) ada tiga bentuk tujuan dasar dari tindakan teroristik, yakni tujuan-tujuan nasionalisme, seperti perang kemerdekaan, revolusioner, perubahan pemerintahan, dan kepentingan religius. Ingin mendirikan negara homogen yang berpijak pada satu agama tertentu. Perilaku terorisme dengan cara peperangan ditujukan untuk penguasaan wilayah, sementara bom bunuh diri untuk menaklukan mental.

Menariknya, bom bunuh diri yang diklaim perilaku kelompok muslim malah menyebabkan korban dari kalangan muslim itu sendiri. Patut diteliti tentang motif politis dengan doktrin ketidakpuasan terhadap dasar dan sistem negara yang dianggap sekuler dengan dalih kepatuhan terhadap keyakinan dalam beragama. Tekad memperjuangkan keyakinan yang berdampak pada kematian menjadi keprihatinan tentang bahayanya eksklusivitas ajaran agama.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan