PEREMPUAN DARI MASA LALU

733 kali dibaca

PEREMPUAN MASA KECIL

Perempuanku, waktu bergulung begitu cepat
Melampaui abad-abad
Ribuan jam luruh
Mengubur kenangan
Atau layang-layang yang lepas di tangan

Advertisements

Aku mengingatmu
Tepat ketika perahu berlayar
Membelah sungai kecil di matamu
Melewati batubatu di dadaku

Tapi waktu melemparkan kita
Ke ruang yang kita lupa
Rindu untuk siapakah tercipta

Kita ternyata terlalu alpa
Bahkan sekadar mengingat kembali
Bunga pagar yang kupetikkan untukmu
Saat sama-sama merasa
Dunia diciptakan dari timbunan bunga

Bila kamu teringat masa kecilmu
Masuklah dalam baitbait puisiku;
Di sana katakata tercipta
Dari umbun-timbun kenangan

Agar kau merasa terlahir kembali
Sebagaimana dahulu
Senyuman begitu tulus tumbuh

Yogyakarta, 08 Maret 2022.

KUPATAHKAN HUJAN

Waktu begitu gegas menjemputmu
Di batas hatiku yang rubuh
Tempat kita memulai rindu
Dan air mata memecah batu

Mengapa patah mimpi
Sedang cinta kian memutih
Doa kubangun dari nurani
Menghirup hatimu yang melati

Haruskah kupeluk lebih lama lagi
Kau hanya tinggal sunyi
Biar kupatahkan hujan
Yang pelan-pelan merembes di jantung malam

Jogja, 30 Desember 2021.

INDIN MENCIUM-MU

Aku ingin mencium-Mu
dalam hati sunyi ini
tak ada yang mengetuk
seindah ketukanmu

bagai nafiri ditiupkan
ketenangan tertanam

Aku menemukan-Mu
bahkan ketika hatiku
berlumur debu-debu.

Kau menatapku merdu
dari jendela subuh
hingga pucat wajahku

Haruskah kupeluk lebih lama lagi
seakan waktu terhenti
sedang air mata yang mengalir
dalam Al-Quran ini
kubiarkan danau di hati

Jogja, 25 Desember 2021.

KEPADA NEGERIKU

Apakah kau melihat
Peluru-peluru berhamburan
Di dada langit
Dan jantung matahari
Di balik mata sejarah

Apakah kau mendengar
Rintih kamboja dijatuhkan angin
Tepat di atas batu nisan
Seorang anak yang mimpi
Kedamaian sebuah negeri

Kini ketika kehidupan bebas dari peluru
Hari-hari hanyalah kegaduhan
Di atas trotoar, lupa pada air mata
Sejarah yang begitu mengerikan

Bukankah negerimu sungguh ranum
Bukit-bukit memanjang, gunung di atas awan
Laut tetap setia pada gelombang
Tempat nelayan melarung kehidupan
Padi yang padang sabana
Menjanjikan bahagia yang sederhana

Apakah kau pernah membaca
Raut wajah orang pinggiran
Ketika bergumam dengan sepi
Pada perut yang merintih perih
Hanya air mata membasahi hari-hari

Lalu masihkah kau merindukan keriuhan
Atas nama kekuasaan
Bukankah bangsa tercipta
Untuk kesejahteraan rakyatnya

Maka demi negerimu yang melati
Tanamkan di dalam jiwa
Mari sama-sama berbagi
Meski dengan sebutir air mata.

Gapura, 28 Februari 2021.

DI MANAKAH CINTA ITU

1/
Di manakah cinta itu
Waktu paling berharga
Kita bertemu
Dalam doa sepertiga rindu

2/
Di manakah rindu itu
Yang setiap detiknya
Bintang-bintang jatuh
Lalu bulan menjelang tidurku

3/
Di manakah puisi itu
Yang setiap lariknya
Dihinggapi kupu-kupu
Lebah, dan kumbang rindu

4/
Kini tak lagi terhidu
Aroma kembang mawar di hatimu
Riak rindu di matamu
Hanya ruang kosong penuh debu

5/
Tapi aku masih melayarkan
Ayat-ayat air mata
Di dalam doaku
Di dalam sajakku.

Gapura, 2020.

ilustrasi: arus mahakam.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan