Pentingnya Berpikir Positif

2,023 kali dibaca

Sering sekali kita meragukan akan kemampuan diri sendiri. Merasa tidak punya kemampuan dan kesempatan. Merasa diri terlahir sebagai orang hina dan tak punya potensi untuk berubah menjadi lebih baik lagi.

Yang sering mengganggu setiap orang, termasuk mungkin pembaca juga, adalah perasaan kecewa dengan penghasilan yang sekarang ini misalnya. Atau perasaan kecewa yang lainnya. Padahal, kita sudah berusaha sekuat tenaga, tetapi rezeki masih begitu-begitu aja? Sebenarnya kita sudah berjuang sekuat tenaga, tetapi yang rasakan adalah kekecewaan selanjutnya.

Advertisements

Coba perhatikan! Bayangkan, bahwa kita adalah orang sukses. Setiap pagi bersiap untuk berangkat ke kantor dengan harapan hari ini jauh lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Meskipun sudah mengetahui bahwa perekonomian hari ini adalah sangat sulit, tetapi tetap percaya diri.

Setiap bangun tidur, tidak lupa berdoa. Kemudian dilanjutkan salat malam. Sehabis subuh berjemaah, bergegas menuju keluarga, meminta izin keluar rumah untuk mencari nafkah yang halal sembari memberikan senyuman romantisnya untuk sang istri dan anak tercinta. Betapa bahagianya, apa yang sebelumnya dia bayangkan ternyata mewujud dalam kehidupannya; bahwa bisnisnya berjalan lancar. Dan, setiap orang bersikap baik kepadanya.

Berbeda dengan situasi di atas, misalkan ada salah satu dari teman kita yang selalu meragukan kemampuan dirinya. Merasa bahwa sesuatu yang diusahakan tidak akan memberikan kebahagiaan. Setiap dia ketemu dengan kompetitor lainnya, misalnya, bawaannya selalu perasaan negatif: ia selalu merasa iri, tersaingi, dan kurang sopan kepada konsumen, sehingga membuat mereka kabur karena sikapnya yang kurang lembut dan ramah tersebut. Pada gilirannya, dia tidak menemukan kesuksesan.

Betapa banyak dari kita yang belum menyadari bahwa semua itu terjadi karena kesalahan mindset yang menampar diri sendiri. Apa yang timbul dari pikiran setiap orang dapat memberikan dampak baik positif maupun negatif terhadap kehidupannya. Dalam hal ini dinamakan sebagai Hukum Ketertarikan (Law Of Attraction). Buku ini mengajak bagaimana membangun kerangka berpikir (mindset) yang baik dan benar.

Hukum Ketertarikan (Law Of Attraction) menjelaskan seputar ketertarikan atau sebab akibat (simbiosis mutualisme). Yakni, sebuah kerangka berpikir, yang ketika konsentrasi pikiran kita terfokus pada sesuatu, baik hal itu positif maupun negatif, maka akan benar-benar mewujud dalam kehidupan realita (hal. 6).

Rupanya kita sendiri terkadang sering terjebak dalam kesalahan berpikir yang seperti ini, dan itu tidak kita sadari. Ketika pikiran negatif yang kita rasakan telah cukup kuat, sehingga akibat dari pikiran tersebut alam semesta merespons pikiran negatif tersebut. Alhasil, yang tampak dalam kehidupan nyata adalah adalah sesuai dengan apa yang kita pikirkan tersebut.

Dalam ilustrasi di tersebut, yang pertama menggambarkan contoh dari sikap berpikir positif. Sebagai bagian dari buah keberhasilannya adalah sesuatu yang positif pula. Contoh ilustrasi kedua merupakan sebuah cerminan dari pikiran negatif, yang mengakibatkan usahanya tidak maksimal, karena dari sejak awal sudah meragukan kemampuannya.

Rusdin S Rauf, penulis buku ini, Quranic Law of Attraction ini, hendak mencoba menghadirkan data-data argumentatif bahwa jauh sebelum orang-orang Barat memberikan perhatian pada persoalan kekuatan pikiran, kitab suci umat muslim sudah membahasnya. Ada beberapa ayat dalam Al-Quran yang oleh penulis ini dijadikan landasan. Namun, penulis hanya mengambil sebagian dari ayat tersebut. Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman:

Barangsiapa mengajarkan kebaikan seberat biji zarrah, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. Dan, barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya,” (QS. Az-Zalzalah, [99]: 7-8).

Ketika kita membaca ayat tersebut, betapa Allah SWT telah mengingatkan kita untuk selalu memberikan getaran positif (kebaikan) dan memancarkan kebaikan terhadap orang lain di sekitar kita. Sesungguhnya, Allah SWT akan membalas kebaikan itu, berapa pun kadarnya. Oleh karena itu, sebagaimana contoh kasus yang pertama dalam ilustrasi di atas tadi, bahwa Allah SWT membalas dengan menghadirkan orang-orang yang senantiasa memberikan kebaikan. Dengan kata lain, kebaikan dibalas kebaikan (hal. 13).

Buku ini mengajak kita agar berhati-hati dalam setiap gerak langkah untuk senantiasa menjaga pikiran terhindar dari sesuatu yang orientasinya ke hal-hal negatif, karena nanti itu akan menghantam dirinya sendiri.

Bahkan, Nabi Muhammad SAW pun telah mengajarkan umatnya untuk tidak membalas dan atau merespons perbuatan negatif dengan negatif meskipun Nabi Muhammad sering diperlakukan secara tidak etis oleh umatnya sendiri. Nabi tidak marah. Yang dilakukan Nabi hanyalah mendoakan. Ini merupakan bentuk konsekuensi logis dari sikap Nabi yang patut kita teladani. Karena kesabarannya sehingga Allah menjadikan islam tegak hingga hari ini, dan umatnya justru lebih banyak daripada Nabi-Nabi sebelumnya.

Buku ini tentu sangat cocok bagi Anda untuk dibaca, di samping buku ini dirujuk kepada kitab suci umat muslim, tentu semakin menarik. Buku ini juga sudah dicetak puluhan ribu eksemplar dan menjadi best-seller. Tentu peminatnya sudah banyak. Buku menarik yang menyesal bila terlewati.

Data Buku

Judul: Quranic Law of Attraction
Penulis: Rusdin S. Rauf
Penerbit: Pustaka Pranala
Tahun: 2021
ISBN: 978-623-6084-28-1

Multi-Page

Tinggalkan Balasan