Pengaruh Gadget Selama Pandemi

2,094 kali dibaca

Pada masa pandemi ini, segala sesuatu terasa berat bagi kita semua. Setiap orang harus menyesuaikan diri dengan keadaan. Perubahan rutinitas membuat kita harus menghadapi hal-hal yang tak biasa. Segala aktivitas seakan dibatasi oleh adanya protokol kesehatan guna menghindari paparan Covid-19.

Beruntung, zaman sudah modern dan serba digital, sehingga tersedia peranti untuk membuat semuanya terasa mudah dan sangat praktis, yang tak lain adalah gadget atau gawai atau smartphone. Dengan peranti itu, banyak hal bisa dilakukan dengan cara lebih mudah dan praktis, seperti kemudahan dalam berkomunikasi, berbelanja, dan aktivitas lainnya.

Advertisements

Karena itu, selama masa pandemi, penggunaan gadget jauh meningkat dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Tanpa didasari, ini telah melahirkan gaya hidup baru masyarakat luas dan menjadi kebiasaan.

Namun, secara tanpa disadari pula, penggunaan gadget yang berlebihan nyatanya memiliki dampak negatis. Salah satunya menyebabkan kemalasan. Contoh yang paling sering terjadi adalah anak-anak sekolah malas dalam belajar. Atau santri yang berada di rumah dan leluasa bermain gadget lupa akan kewajibannya. Terlebih, semasa pandemi ini pembelajaran hanya dilakukan melalui daring. Tak jarang para pelajar lalai melaksanakan kewajibannya, menganggap remeh tugasnya dan lebih memilih bantuan mesin pencari atau google daripada belajar secara mandiri.

Selain itu, terlalu banyak beraktivitas dengan gadget membuat kita malas berinteraksi dengan keluarga di rumah. Yang seharusnya kebersamaan di rumah selama pandemi menjadi momen untuk mempererat hubungan dan membangun keharmonisan dalam keluarga, akan tetapi masing-masing orang malah sibuk sendiri dengan gadget-nya.

Hal yang berlebihan seperti ini tentu tidak diperbolehkan dalam Islam. Sebab, segala sesuatu yang berlebihan memang tidak baik, apalagi hal tersebut membawa dampak buruk bagi seseorang, seperti menimbulkan kemalasan.

Sebab, sifat malas merupakan pintu awal dari segala keburukan. Berbagai contohnya antara lain: menunda salat adalah ciri kemunafikan, menunda amanah adalah pintu pengkhianatan, menunda sedekah atau membayar utang bagi yang mampu adalah kezaliman, dan menunda tobat adalah kebodohan.

Bahkan, Rasulullah pun berlindung dari sifat ini, sebagaimana doanya yang beliau panjatkan.

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْهَرَمِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ

Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan sifat kikir. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian”. (HR. Bukhari Nomor 6367 dan Muslim Nomor 2706).

Karena itu, ada banyak cari agar kita dapat terhindat sifat malas tersebut. Pertama, memotivasi diri sendiri. Usahakan untuk memotivasi diri sendiri, dan tanamkan mindset bahwa kita bukanlah orang yang malas. Karena perilaku itu akan merusak banyak hal yang ada pada diri kita. Dan dengan melakukan motivasi ini, maka tubuh akan secara otomatis memberikan perlawanan jika kita mulai melakukan hal yang bersifat malas.

Kedua, menjauhkan diri dari gadget. Dengan mengurangi penggunaan dan mematikan gadget setelah pekerjaan atau proses pembelajaran selesai, akan mengurangi pemicu penggunaan gadget yang terlalu lama. Dengan sedikit mungkin bersentuhan dengan gadget, kita agar terhindar dari pemicu datangnya rasa malas.

Ketiga, membuat target. Ini cara paling penting agar kita tidak terlena oleh sifat malas. Kita harus memiliki komitmen yang titnggi untuk mencapat target yang telah dibuat. Dengan begitu, kita pasti akan berusaha mencapai target tersebut, dan bisa mengabaikan godaan bermain gadget. Dengan demikian, kita, baik sebagai pelajar maupun dantri, akan merasa lebih bersemangat dan giat dalam melakukan banyak aktivitas yang kreatif dan produktif.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan