Pengajian Kitab Nashaihul Ibad Alumni Annuqayah

749 kali dibaca

Ikatan Alumni Annuqayah (IAA) wilayah Batuputih, Sumenep, Madura, Jawa Timur kembali menyelenggarakan pengajian bulanan. Ngaji Kitab Nashaihul Ibad ini dilaksanakan pada Sabtu, 21 Agustus 2021, di di Masjid Jamik Al-Mibarok, Gedang-Gedang, Batuputih, Sumenep. Pengajian diikuti sekitar 250 jamaah dari kalangan alumi Pesantren Annuqayah dan masyarakat setempat.

Ngaji Kitab Nashaihul Ibad ini diampu oleh KH Ali Fikri A Warits. Dalam pengajian kali ini, Kiai Ali Fikri menjelaskan risalah yang ke-8 yang berisi masalah takwa sebagi dasar pokok dalam kehidupan (hal. 5).

Advertisements

Menjelaskan ini kitab, Kiai Ali Fikri menguraikan makna takwa, yaitu menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Penerapan ketakwaan mencakup segala bentuk koneksi sosial serta hubungannya dengan ibadah kepada Allah.

Dijelaskan juga bahwa, seperti dikatakan oleh A’mas, yaitu Sulaiman bin Mihran Al-Kufi, bahwa seseorang yang menjadikan takwa sebagai pokok kehidupan (karakter), maka kebaikan akan menyertainya dalam setiap langkah kehidupannya.

Sementara, jika pokok kehidupannya adalah dunia, maka ia akan mendapatkan keburukan yang jumlahnya tidak terkira. Oleh karena itu, maka sewajarnya sebagai hamba Allah yang berharap kebaikan, takwa harus menjadi dasar kehidupan, baik hablum minallah maupun hablum minannas.

Kemudian pada risalah selanjutnya (9), Kiai Fikri menjelaskan terkait dengan maksiat. Dalam kitab tersebut, Sufyan As-Tsauri (guru dari Imam Malik) mengatakan, “Tiap-tiap maksiat yang datang dari syahwat masih dapat diharapkan ampunan (dari Allah). Sedangkan, maksiat yang datang dari sikap sombong tidak dapat diharapkan ampunannya (dari Allah). Hal ini dijelaskan terkait dengan Nabi Adam yang diusir dari surga karena nafsu memakan buah terlarang (buah khaldi). Nabi Adam diusir dari surga dan setelah bertobat selama 200 tahun, baru kemudian Allah menerima tobatnya. Sedangkan, iblis yang enggan bersujud kepada Adam atas perintah Allah, disanksi menjadi penghuni neraka untuk selama-lamanya. Iblis melakukan maksiat kepada Allah karena sifat dan sikap sombongnya.”

Beriktunya dari kitab yang ditulis oleh Syihabuddin Ahmad bin Hajar Al-Asqalani ini menjelaskan tentang perkataan seorang zuhud (orang yang tidak mementingkan dunia). Pada risalah yang ke-10 ini, seorang zuhud berkata, “Orang yang melakukan dosa kemudian ia tertawa (merasa senang atas dosa itu) maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka, sedangkan ia dalam keadaan menangis. Dan barang siapa yang taat (hingga bercucuran air mata karena merasa ketaatannya masih kurang), maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga sedangkan ia dalam keadaan tertawa (karena merasa bahagia).”

Kiai Fikri yang merupakan salah satu pengasuh Pesantren Annuqayah ini menjelaskan lebih lanjut, bahwa seorang ahli hikmah mengatakan, “Janganlah kalian meremehkan dosa kecil, karena dosa kecil itu akan terus tumbuh dan bercabang-cabang hingga kemudian menjadi besar.” Terkait dengan ini, Rasulullah saw bersabda, “Tidak ada dosa kecil jika selalu diulang-ulang, dan tidak ada dosa besar jika disertai dengan tobat.”

Terkait risalah ke-11 dan ke-12 ini, Kiai Fikri menjelaskan bahwa dosa kecil yang dilakukan terus menerus akan menjadi dosa besar. Sedangkan, dosa besar yang kemudian disertai tobat, berjanji tidak akan mengulangi lagi, maka dosa itu akan terampuni. Intinya, kita mesti terhindar dari segala perbuatan dosa, baik dosa kecil maupun dosa besar. Dan sebaik-baik orang yang berbuat dosa adalah ia yang kemudian melakukan tobat (taubat nashuha).

Terakhir dari Ngaji Kitab Nashaihul Ibad ini, dalam risalah ke-13 menjelaskan tentang orang yang arif (makrifatullah), yaitu seseorang yang hanya saja ingin memuji atas keagungan Allah. Sementara orang yang zuhud, yaitu seseorang yang hanya saja berdoa untuk mencapai kebaikan dirinya sendiri. Karena fokus orang arif adalah kepada Tuhannya, sedangkan orang yang zuhud kepada dirinya sendiri.

Demikian pengajian Kitab Nashaihul Ibad yang dilaksanakan Ikatan Alumni Annuqayah (IAA) wilayah Batuputih. Dengan pengajian ini, anggota IAA berusaha terus mengikat tali shilaturrahmi, agar ikatan batin dengan pengasuh pesantren tetap terjaga. Di samping itu, menjadi bagian dari majlis ilmu dan zikir merupakan tujuan utama demi mendapat berkah dari Allah.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan