Pemikiran Syekh Al-Banjari tentang Manusia

361 kali dibaca

Jika sebelumnya saya menulis tentang ikhtiar mengenal Tuhan ala Syekh Al-Banjari, maka kali ini saya akan menulis pemikiran Syekh Al-Banjari tentang manusia. Siapa yang tidak mengenal Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari?

Ya beliau merupakan sosok ulama yang mendunia dan kiprahya tidak pernah dilupakan sejarah. Rekam jejak Syekh Arsyad dalam menyebarkan dakwah di Nusantara masih menyisakan ajaran-ajaran yang masih dikembangkan sampai hari ini terutama ajaranya tentang tasawuf. Di sini saya tidak akan menyinggung soal biografinya lagi, sebab pada tulisan sebelumnya saya sudah mengulas secara gamblang.

Advertisements

Perjalanan intlektual Syekh Arsyad yang melalang buana hingga ke mancanegara menjadikannya sangat dihormati banyak kalangan. Bahkan beliau dipercaya oleh Sultan Tahmi Allah II untuk berdakwah di Banjar, sebab pada waktu itu meski ada kerajaan bercorak Islam namun agama Islam tidak tumbuh dengan siginifikan. Melihat tanah Banjar yang kering dari kegiatan ruhani, Syekh Arsyad merasa prihatin, maka beliau mengambil inisiatif membangun langgar untuk kegiatan belajar dan lama-lama murid Syekh Arsyad menjadi tambah banyak.

Syekh Arsyad mengajarkan baca tulis Arab-Melayu, Fikih, Nahu-Saraf, Tauhid, Ilmu Pertanian, Tafsir, Hadis, dan masih banyak lagi. Tidak hanya mengajar, ternyata Syekh Arsyad juga produktif menulis kitab, yang paling fenomenal di antara kitabnya berjudul Sabil Al-Muhtadin Li at-Tafaqquhi fi Amri ad-Din. Kitab ini masyhur sampai ke Brunei, Pattani, dan Malaysia. Namun ada satu kitab karyanya yang secara implisit bicara tentang manusia. Kitab tersebut berjudul Kanzu Al-Ma’rifah.

Dalam kitab Kanzu Al-Ma’rifah ini, Syaikh Arsyad tidak mengonsep secara terperinci tentang manusia. Namun terdapat benang merah yang bisa kita tarik untuk menggambarkan asal-usul manusia seperti yang tersurat dalam kitab Kanzu Al-Ma’rifah.

Syekh Arsyad berpendapat bahwa segala yang ada di jagad raya ini berasal dari Nur Muhammad. Sangat disayangkan dalam kitab ini tidak dijelaskan tentang konsep Nur Muhammad, sehingga susah dilacak apakah Syekh Arsyad terpengaruh tasawuf falsafi yang dikembangkan Abdul Karim al-Jilli dan Ibnu ‘Arabi atau terpengaruh pemikiran filsuf muslim seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan