Pancasila dan Peradaban Dunia

1,224 kali dibaca

Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri RI) dengan Nomor 003.1/3510/polpum yang ditujukan kepada sekda se-Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia, mengeluarkan Surat Edaran (SE) tentang Hari Lahir Pancasila tahun 2022 ini mengusung tema “Bangkit Bersama Membangun Peradaban Dunia.” Sebuah tema yang cukup fantastis dengan target yang begitu global. Tentu hal ini merupakan sebuah cita-cita sebagaimana termaktub di dalam Undang Undang Dasar 1945, yaitu “…mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia...”

Menurut rekam jejak lahirnya Pancasila, yang ditulis dalam tinta emas sejarah kemerdekaan Indonesia bahwa dasar negara ini dibangun di atas luka dan tetesan darah. Artinya, Pancasila yang menjadi dasar pokok kehidupan bangsa kita ini tidak diperoleh dengan cara yang biasa-biasa saja. Akan tetapi penuh dengan tantangan, pengorbanan, baik jiwa, raga, harta, serta pemikiran yang menjadi korban demi tegaknya dasar negara, Pancasila.

Advertisements

Hari Lahir Pancasila

Hari Lahir Pancasila 1 Juni ditetapkan melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 oleh Presiden Joko Widodo. Lebih dari itu, Hari Lahir Pancasila yang disahkan setiap tanggal 1 Juni, ditetapkan sebagai hari libur nasional. Hal ini tertuang dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri terbaru Nomor 375 Tahun 2022 (Menteri Agama), Nomor 1 Tahun 2022 (Menteri Ketenagakerjaan), dan Nomor 1 Tahun 2022 (Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi) tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama tahun 2022 (detiknews.com).

Menurut sejarah, sebagaimana dilansir dari laman resmi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), bahwa Pancasila lahir melalui Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Badan ini mengadakan sidang dan berlangsung sejak tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945. Rapat BPUPKI diadakan di Gedung Volksraad atau Perwakilan Rakyat yang dikenal sebagai gedung Chuo Sang In. Kini gedung itu terkenal dengan sebutan Gedung Pancasila.

Tepat pada tanggal 1 Juni 1945, Presiden Sukarno mencetuskan nama Pancasila sebagai dasar negara. BPUPKI menyetujui inisiasi Sukarno tersebut bahwa Pancasila merupakan nama dari dasar negara yang selama ini dirumuskan untuk menjadi pondasi yang dapat mengayomi seluruh lapisan masyarakat. Berdasarkan jejak sejarah tersebut kemudian ditetapkan bahwa 1 Juni merupakan hari lahir Pancasila, yang dalam momentum ini kita mesti dapat mengambil pengajaran dan pembelajaran.

Nilai-nilai Pancasila

Ada lima sila yang dirumuskan sebagai dasar negara dalam Pancasila. Sebagaimana tercantum dalam Piagam Jakarta (Jakarta Charter) bahwa pada sila pertama berbunyi, “Ketuhanan Yang Maha Esa dengan menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.” Sebagian orang mengatakan bahwa penghapusan 7 (tujuh) kata ini sebagai sebuah kekalahan bagi umat Islam. Namun di sisi lain, kita harus mengakui bahwa kemerdekaan Indonesia tidak hanya dibangun oleh umat muslim. Oleh karena itu, demi sebuah nilai-nilai kemanusiaan, penghapusan tujuh kata itu bukan sebuah kekalahan. Akan tetapi suatu bentuk pengakuan menyeluruh terhadap peradaban kemanusiaan yang adil dan beradab.

Nilai-nilai yang termaktub di dalam Pancasila tidak ada satupun yang bertentangan dengan konsep agama. Baik agama Islam maupun agama lain yang resmi dan disahkan oleh negara. Oleh karena itu, nilai-nilai Pancasila itu benar-benar menjadi dasar yang mengayomi seluruh rakyat dengan beragam suku, bangsa, agama, kepercayaan, dan lain sebagainya.

Konsep Pancasila dengan nilai universal ini yang kemudian menjadikan kita bersatu dalam membangun bangsa dan negara. Persatuan dan kesatuan merupakan pilar utama untuk kemerdekaan. Oleh sebab itu, Pancasila itu sudah final sebagai dasar negara dan tidak perlu diperdebatkan dan dipertentangkan. Karena hakikat bangsa adalah persaudaraan dan hakikat negara adalah persatuan dan kesatuan.

Kesaktian dan Keteguhan

Pancasila “sakti” karena dasar negara ini telah melalui berbagai rongrongan dan pembajakan baik dari dalam maupun luar negeri. Dari luar negeri, para kolonial telah berusaha untuk meruntuhkan Pancasila dengan cara konfrontasi yang sangat ekstrim. Penjajah semisal Belanda, Inggris dan sekutunya, Portugis, dan Jepang adalah negara-negara kolonial yang mencoba mendeskriditkan Pancasila. Akan tetapi usaha-usaha konfrontasi-kolonial tersebut tidak berhasil dan Pancasila tetap teguh dalam kesaktiannya dan sakti dalam keteguhannya.

Sementara itu, rongrongan dari dalam negeri sendiri tidak kalah hebat. Paham komunis yang dikenal dengan nama Partai Komunis Indonesia (PKI), yang diprakarsai oleh Musso, Amir Syarifuddin, DN Aidit, MH Lukman dan Njoto, adalah gejolak nyata yang mencoba ingin mengganti paham Pancasila dengan paham komunis. Gerakan G/30S-PKI adalah sebuah ujian dahsyat terhadap eksistensi Pancasila itu sendiri. Akan tetapi, rongrongan itu dapat dilalui dengan baik dan Pancasila selamat dari para penjahat ideologi.

DI-TII adalah kelompok radikal yang mengatas-namakan Islam untuk mengganti Pancasila dengan ideologi lain. Kartosuwirjo sebagai tokoh utama dalam pemberontakan ini berusaha untuk mengganti dasar negara yang sah, yaitu Pancasila dengan Darul Islam (DI) dan atau Tentara Islam Indonesia (TII). Gerakan separatis ini kemudian dapat ditumpas dan Pancasila tetap teguh dalam membawa ideologi negara pada kedaulatan yang utuh dan sesungguhnya.

Gerakan separatis PKI, DI/TII adalah gerakan fundamental di awal-awal kemerdekaan. Sementara itu, akhir-akhir ini, “ujian” terhadap Pancasila masih saja ada dan menjadi tantangan dan kesulitan tersendiri. Seperti pemaksaan paham pemerintahan Khilafah yang ingin mengganti sistem republik menjadi sistem khilafah. Begitu juga dengan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), juga berusaha untuk mengganti dasar negara Pancasila dengan paham lain yang tidak mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Tentu gerakan-gerakan semacam ini harus diwaspadai agar ke depan Pancasila tetap dalam semangat persatuan dan kesatuan di bumi yang penuh dengan ragam perbedaan.

Peradaban dan Pancasila

Di dalam wikipedia dijelaskan, peradaban sering digunakan sebagai istilah lain “kebudayaan” di kalangan akademisi. Dalam pengertian umum, peradaban adalah istilah deskriptif yang relatif dan kompleks untuk pertanian dan budaya kota. Hal ini karena peradaban awal terbentuk ketika orang mulai berkumpul di pemukiman perkotaan di berbagai belahan dunia. Peradaban dapat dibedakan dari budaya lain oleh kompleksitas dan organisasi sosial serta keragaman kegiatan ekonomi dan budaya.

Awalnya, para antropolog dan ahli lainnya menggunakan kata “peradaban” dan “masyarakat beradab” untuk membedakan masyarakat yang mereka anggap lebih unggul secara budaya dengan kelompok masyarakat lain yang dianggap inferior secara budaya (disebut juga “liar” atau “barbar”). Penggunaan istilah “peradaban” secara etnosentris memunculkan anggapan bahwa masyarakat di sebuah peradaban sosial memiliki moral yang baik dan budaya yang maju, sementara masyarakat lain (non-peradaban) memiliki moral yang buruk dan terbelakang. Sejarah penggunaan istilah ini menjadikan definisi peradaban terus berubah sesuai dengan perkembangannya.

Peradaban di sini dimaksudkan sebagai sebuah kondisi kehidupan yang memiliki sikap etik dan adab. Keberadaan sebuah kelompok sosial masyarakat dalam keadaban dan etika sosial yang mulia adalah tujuan pokok dalam kehidupan itu sendiri. Sehingga nilai-nilai Pancasila diharapkan dapat menjadi dasar perubahan dari sesuatu yang kurang baik menjadi lebih baik. Membangun peradaban dalam kehidupan sosial merupakan kewajiban setiap elemen bangsa dengan beragam predikat yang dimilikinya.

Nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila sangat niscaya untuk membangun peradaban dunia dengan jiwa humanis. Karena hakikat dari keberadaban adalah bagaimana kita membangun bangsa dengan cara-cara bijak dan arif. Di dalam Pancasila, 5 sila yang termaktub di dalamnya, memberikan arah kebijakan yang akan membentuk peradaban yang sesuai dengan jiwa kemanusiaan. Oleh karena itu, tema yang diusung dalam Peringatan Hari Lahir Pancasila kali ini, “Bangkit Bersama Membangun Peradaban Dunia” adalah sebuah harapan untuk menjadi saksi sejarah dalam membangun peradaban dunia.

Demikian catatan kecil terkait dengan Peringatan Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2022. Dengan harapan semoga menjadi momentum untuk menjadi penggerak peradaban dalam kemaslahatan kemanusiaan. Karena puncak dari semua kehidupan adalah kebahagiaan dalam bangunan negara yang bersatu untuk membangun peradaban dunia yang semestinya. Wallahu A’lam! 

Multi-Page

Tinggalkan Balasan