Omon-omon Salam Berapa Jari

271 kali dibaca

Semakin banyak peristiwa unik, menggelitik, dan menarik akhir-akhir ini terlebih ketika 14 Februari kian dekat. Itulah hari pencoblosan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Peristiwa-peristiwa unik, menggelitik, dan menarik itu mewarnai dinamika kontestasi di antara tiga pasangan calon presiden/wakil presiden, Anis Baswedan dan Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuning Raka, dan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD.

Di antara yang saya sebut sebagai peristiwa-peristiwa unik, menggelitik, dan menarik itu sedikit banyak mungkin akan berdampak pada perolehan suara masing-masing kontestan. Saya akan memulainya dari istilah gemoy. Dalam percakapan sehari-hari, gemoy diartikan sebagai sesuatu yang lucu dan menggemaskan.

Advertisements

Dalam konteks Pemilihan Presiden 2024 ini, istilah gemoy dirujukkan kepada Prabowo karena sering berjoget di berbagai kesempatan kampanye. Tentu, ada motif di balik tari gemoy yang sering dipertunjukkan Prabowo di depan publik. Dengan tari gemoy, Probowo seakan ingin menunjukkan bahwa dirinya merupakan sosok yang lucu dan menggemaskan, sesuatu yang katanya disukai Gen-Z. Bukan sosok angker dan pemarah seperti yang dikesankan banyak orang selama ini.

Benarkah demikian? Entahlah. Yang jelas, belakangan Probowo mulai jarang berjoget di depan publik, dan sayup-sayup istilah gemoy yang merupakan plesetan dari gemas itu sudah mulai jarang terdengar diperbincangkan orang.

Berikutnya popular istilah omon-omon. Istilah ini belakangan popular, sekali lagi, juga gara-gara Prabowo. Dalam panggung debat resmi yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Minggu (7/1/2024), beberapa kali Prabowo menggunakan istilah omon-omong yang ditujukan kepada rivalnya, Anis Baswedan. Apa arti omon-omon?

Di kamus mana pun saat ini belum bisa ditemukan entri omon-omon ini.  Selain mendengar dari Prabowo, banyak yang tidak tahu asal usul istilah omon-omon dan apa maknanya. Jika didasarkan pada konteksnya, orang hanya bisa meraba-raba maksudnya. Bisa jadi omon-omon merupakan plesetan dari omong-omong atau cuap-cuap doang. Bisa jadi, istilah ini dipakai untuk melabeli sosok yang selama ini dikenal sebagai hanya jago bicara.

Sampai di situ, baik gemoy maupun omon-omon telah menjadi bagian dari strategi kampanye untuk memenangi kontestasi.

Lalu, kian dekat hari coblosan, muncul istilah “Salam 4 Jari”. Bingung? Mungkin. Sebab, dalam Pemilihan Presiden kali ini hanya diikuti tiga kontestan dengan nomor urut 01, 02, dan 03 —dan tidak ada kontestan nomor 04. Semestinya, salam untuk tiap kontestan sesuai nomornya: Salam 1 Jari, Salam 2 Jari, dan Salam 3 Jari. Adakah kontestan keempat sehingga ada Salam 4 Jari? Mungkinkah ada bumbung kosong atau kotak kosong dalam surat suara? Nyatanya tidak.

Setelah ditelisik, rupanya gerakan Salam 4 Jari alias Four Fingers muncul pertama kali pada akhir Januari di unggahan akun X @johnmuhammad_. Istilah Salam 4 Jari ini kemudian menjadi perbincangan publik. Sedikitnya ada dua seruan penting yang menyertai munculnya gerakan Salam 4 Jari. Pertama, menyerukan agar pemilih tidak golput. Kedua, menyerukan agar pemilih mencoblos kontestan nomor 01 atau 03 —dan menghindari 02. Rupanya, dari penjumlahan nomor kontestan 01+03=4 itulah istilah Salam 4 Jari muncul.

Artinya, gerakan ini lebih menegasikan satu kontestan dan mendorong pemilih untuk memilih dua kontestan lainnya. Sebab, “hanya” itulah pilihan yang tersedia. Secara sederhana, gerakan Salam 4 Jari ini dapat diartikan sebagai kampanye “asal bukan 02 yang menang”. Seberapa besar pengaruh dari gerakan Salam 4 Jari, kita baru akan tahu pada 14 Fabruari nanti.

Entah ada korelasi atau relasinya atau tidak, hal terakhir yang muncul adalah gaung yang mulai terdengar dari kampus-kampus. Hal ini diawali dengan Petisi Bulaksumur dari sivitas akademika Universitas Gadjah Mada Yogayakarta pada 31 Januari 2024, sehari kemudian dari Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, disusul seruan serupa dari Universitas Indonesia (UI). Hari-hari ini, kampus-kampus di berbagai kota akan silih berganti menyerukan hal serupa.

Benang merahnya, kalangan akademisi merasakan keprihatinan dan mencium gelagat yang sama: bahwa Pemilu 2024 akan berlangsung secara tidak jujur dan adil; tidak langsung, umum, bebas, dan rahasia. Alias penuh kecurangan. Pendeknya, prinsip-prinsip dan moral demokrasi akan dinodai dalam Pemilu kali ini. Mirip-mirip dengan latar munculnya Salam 4 Jari.

Karena itulah, berdasarkan petisi atau seruan dari kalangan perguruan tinggi yang terpublikasi, penyelenggara negara diminta untuk tidak merusak demokrasi. Kampus-kampus akan bergerak untuk menyelamatkan demokrasi yang diperjuangkan melalui Reformasi. Apakah petisi dari kampus-kampus itu akan berpengaruh pada perolehan suara 14 Febaruari nanti?

Sulit menjawabnya, sesulit menjawab pertanyaan ini: omon-omon salam berapa jari?

Multi-Page

Tinggalkan Balasan