Nuzulul Quran: Membumikan Teks Ayat-ayat Tuhan

1,147 kali dibaca

Nuzulul Quran secara harfiyah berarti turunnya Al-Quran. Berkaitan dengan jejak sejarah Al-Quran, ayat-ayat Tuhan ini pertama kali diturunkan pada tanggal 17 Ramadan meskipun dalam hal ini masih ada perbedaan pendapat di kalangan ulama. Pendapat yang paling masyhur yang meyakini bahwa ayat Al-Quran diturunkan pertama kali pada tanggal 17 Ramadan. Tetapi ada juga ulama yang berpendapat bahwa Al-Quran turun pada saat Lailatur Qadar. Hal ini menunjukkan —dengan berbagai dalil naqli, hadits— bahwa Lailatur Qadar turun pada sepuluh akhir Ramadan. Itu artinya Al-Quran turun pada tanggal 20 sampai 30 bulan Ramadan.

Soal turunnya ayah Al-Quran pada Ramadan sudah ditegaskan dalam Al-Quran, yang artinya: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (QS. Al-Baqarah: 185).

Advertisements

Dalam penjelasan lainnya, Nuzulul Quran adalah istilah yang merujuk kepada peristiwa penting berkaitan dengan penurunan Al-Quran secara keseluruhan dari Lauhul Mahfuz ke Baitul ‘Izzah di langit dunia. Lalu, diturunkan berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad melalui perantara malaikat Jibril sesuai dengan peristiwa-peristiwa dalam jangka waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari. Keterangan ini termuat dalam HR. Thobari, An Nasai dalam Sunanul Kubro, Al Hakim dalam Mustadroknya, Al Baihaqi dalam Dalailun Nubuwwah. Hadis ini disahihkan oleh Al Hakim dan disetujui oleh Adz Dzahabi. Ibnu Hajar pun menyetujui sebagaimana dalam Al Fath, 4: 9).

Di Indonesia, Nuzulul Quran dimaksudkan sebagai tradisi peringatan turunnya ayat-ayat Al-Quran, sehingga setiap tanggal 17 Ramadan diperingati sebagai bentuk apresiasi terhadap kitab peringatan ini. Peringatan Nuzulul Quran dimaksudkan juga sebagai aplikasi teks ayat Al-Quran dalam konteks kehidupan di atas permukaan bumi.

Peringatan Nuzulul Quran dimaksudkan sebagai peringatan dan penghormatan terhadap Al-Quran. Lebih jauh lagi bahwa dalam peringatan ini dimaksudkan untuk menerjemhkan teks Al-Quran ke dalam nilai sikap keseharian. Sehingga pada dasarnya peringatan Nuzulul Quran tidak dipandang sebagai kegiatan ritual semata, namun memiliki kandungan nilai yang harus dibumikan. Artinya, melarungkan ajaran Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari.

Teori Turunnya Al-Quran 

Terdapat beberapa teori terkait dengan turunnya Al-Quran. Teori ini didasarkan kepada perbedaan pendapat di kalangan ulama. Sehingga antara satu toeri dengan teori lainnya harus dibangun keselarasan untuk saling menghormati. Pertama, Al-Quran diturunkan oleh Allah ke langit dunia (sama’ al-dunya) secara komplit sekaligus. Kemudian dari langit dunia, melalui malaikat Jibril diturunkan secara berangsur-angsur sesuai kebutuhan kepada Nabi Muhammad. Proses penurunan Al-Quran ini memerlukan waktu sekitar 23 tahun.

Kedua,  Al-Qur’an diturunkan ke langit dunia (sama’ al-dunya) selama 20 malam Lailatul Qadar dalam 20 tahun (Lailatul Qadar hanya turun sekali dalam setahun). Setelah itu dibacakan kepada Nabi Muhammad sesuai kebutuhan. Pendapat ini menyatakan bahwa Al-Quran diturunkan ke langit dunia secara berangsur-angsur. Berbeda dengan teori yang pertama bahwa dari Lauhul Mahfudh ke langit dunia diturunkan secara sekaligus.

Ketiga, Al-Quran diturunkan sekaligus pada malam Lailatul Qadar, kemudian secara bertahap diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril. Pendapat ini tidak menjelaskan tanggal turunnya Al-Quran, hanya menyebut Ramadan merupakan turunnya ayat-ayat Allah sesuai dengan dalil yang qath’i (pasti).

Meskipun terjadi perbedaan pendapat dalam hal turunnya Al-Quran, namun yang pasti ayat-ayat Allah ini diturunkan kepada Nabi Muhammad secara bertahap sesuai dengan kebutuhan kenabian. Dari tiga teori yang ada, teori yang pertama lebih populer dan lebih masyhur daripada pendapat (teori) lainnya.

Antara Teks dan Konteks

Al-Quran berisi hukum Tuhan yang berupa teks untuk direalisasikan dalam konteks kehidupan. Teks Al-Quran yang merupakan kaidah hukum Tuhan, harus dibangun di atas nilai-nilai Al-Quran sehingga akan terbangun kehidupan yang harmonis serta hubungan komunikasi yang lebih baik. Ada hikmah yang akan kita dapatkan ketika kita membangun kehidupan di atas undang-undang Tuhan.

Berdasarkan ayat-ayat Al-Quran, terdapat beberapa hikmah dari ayat-ayat Ilahiyah ini. Pertama, sebagai petunjuk (hudan) bagi orang-orang bertakwa. Al-Quran adalah petunjuk dalam kehidupan. Allah berfirman, “Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah: 2). Petunjuk hanya bagi orang yang bertakwa, yaitu orang-orang sadar bahwa kebenaran itu datang melalui pengamatan panca indra. Orang-orang yang menyadari bahwa keimanan itu datang dengan cara diupayakan melalui pemikiran dan konsep ilmiah.

Kedua, sebagai pembeda (Al-Furqon). Dalam Al-Quran Allah menjelaskan, “Mahasuci Allah yang telah menurunkan Furqan (Al-Qur’an, yang dapat membedakan antara yang haq dan yang batil) kepada hamba-Nya (Muhammad), agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (jin dan manusia).” Teks ayat-ayat Al-Quran sebagai pedoman bagi manusia yang memberikan kejelasan terhadap sesuatu yang benar dan dibenarkan dan sesuatu yang salah dan disalahkan.

Ketiga, sebagai obat (as-syifa). Allah mengatakan, “Dan kami turunkan Alquran sebagai penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Isra: 82). Obat yang dimaksud di sini merupakan pengobatan baik yang bersifat fisik maupun psikis. Hal ini dapat dijelaskan bahwa dengan cara membaca Al-Quran hati kita akan mendapatkan ketenangan. Karena ayat-ayat Allah ini terbangun atas konsep Ilahiyah yang mengandung hikmah batiniyah dan lahiriyah.

Keempat, sebagai nasihat (al-mau’idzah). Allah berfirman pada QS Yunus: 57: “Wahai manusia! Sungguh telah datang kepada kamu mau‘izhah (pengajaran dan peringatan) dari Tuhan kamu, syifa’ (obat) bagi apa-apa yang ada dalam hati, huda (petunjuk) dan rahmah (kasih sayang) bagi orang-orang yang beriman.” Nasihat dapat datang dari mana saja asalkan kita dapat mengambil hikmah dananfaat dari berbagai hal di sekitar kita. Namun Al-Quran dengan segala kemukjizatannya terbukti dapat memberikan nasihat kebijakan untuk kebaikan hidup di dunia maupun di akhirat. Wallahu A’lam! 

Madura, 14 Ramadan 1442 H.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan