Nggaplek

1,871 kali dibaca

Langit malam sedang menampilkan keelokan tarian bintang-gemintang.

Tetapi, pemandangan itu tampak menjengkelkan di kedua belah mataku. Taburan bintang di langit itu seolah sedang tertawa meremehkanku. Sepertinya segala sesuatu yang ada di sekelilingku memang sedang bersepakat untuk menertawakanku.

Advertisements

Adik, kakak, paman, bibi, bahkan bongkahan singkong di perbukitan tepi laut ini pun meremehkanku, menertawakan ijazah S1-ku yang tak laku-laku. Mereka tak bosan-bosannya meremehkan betapa percumanya bertahun-tahun waktu yang kuhabiskan di perantauan untuk mengejar gelar sarjana, hanya membuang waktu dan uang saku.

Aku sedang berbaring di atas sebuah tikar lusuh tidak jauh dari perapian yang dibuat saudara-saudaraku untuk menghalau dingin serta untuk membakar singkong. Kami sekeluarga sedang tirah ke tepi hutan untuk nggaplek.

Ayah, ibu, dan keempat saudaraku sedang berkemah di sini, sebuah tempat yang jauh dari hiruk-pikuk kesibukan dunia – untuk melakukan sebuah kesibukan dunia yang lain. Di keluarga kami hanya ada ibu sebagai satu-satunya perempuan, keempat saudaraku semuanya lelaki. Dan di antara semua saudaraku, hanya akulah yang sekolah sampai sarjana, yang lain hanya SMP, bahkan kakak pertamaku tak lulus SD.

Lima tahun yang lalu aku telah berhasil meyakinkan para lelaki di keluargaku itu untuk mendukungku kuliah. Dengan kuliah harkat dan martabat keluargaku akan terangkat. Kuyakinkan pula kedua orang tuaku, bahwa dengan kuliah akan kuhapus stempel melarat yang menempel di setiap bahu orang-orang di keluargaku. Sepetak tanah warisan kakek pun terjual untuk mewujudkan mimpi itu. Waktu pun terus berlalu, kini aku telah meraih gerlar S-1.

Sembari kuliah aku sempat jualan tahu krispi, jaga warnet, jadi kuli bangunan, dan terakhir menjadi kurir sebuah perusahaan jasa ekspedisi. Pekerjaan terakhir itu mengantarkanku sampai detik terakhir kuliah, bahkan tetap kutekuni ketika aku lulus kuliah. Beberapa bulan setelah lulus aku masih ngurir, sembari mencari kerjaan yang sesuai ijasahku. Sampai akhirnya pandemi datang menyerang, mengobrak-abrik tatanan kehidupan. Aku pun digusur dari pekerjaanku – demi mempertahankan nyawa perusahaan.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

One Reply to “Nggaplek”

Tinggalkan Balasan