Muhammadiyah Mulai Perbanyak Pesantren

3,878 kali dibaca

Muhammadiyah, salah satu organisasi massa berbasis keagamaan terbesar yang selama ini lebih berkhidmat pada sekolah-sekolah modern, kini mulai intens dalam pengembangan pendidikan pesantren. Dalam lima tahun terakhir, jumlah pesantren yang dikelola Muhammadiyah mengalami lonjakan signifikan.

Hal itu diungkapkan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir, seperti dikutip dari lama resmi Muhammadiyah, muhammadiyah.or.id, Sabtu (13/3/2021. Pada tahun 2000, misalnya, jumlah pesantren yang berada di bawah naungan Muhammadiyah baru sekitar 67. Lalu, Muktamar Muhammadiyah di Makassar pada 2015, diketahui jumlahnya telah bertambah menjadi 167 pesantren.

Advertisements

Saat ini, pada 2021, jumlahnya melonjak menjadi 380 pesantren. Tentu, jumlah tersebut belum bisa jika dibandingkan dengan jumlah pondok pesantren di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU) yang mencapai puluhan ribu. Namun, bagi Haedar Nashir, hal tersebut merupakan fakta yang menggembirakan.

“Jumlah ini tentu menjadi modal untuk pengembangan pesantren sebagai wadah institusi yang menghasilkan kader ulama Muhammadiyah yang tentu sangat dipentingkan untuk saat ini dan ke depan,” katanya saat berbicara dalam forum Lembaga Pengembangan Pesantren (LP2) PP Muhammadiyah.

Ditegaskan, peningkatan jumlah pesantren di lingkungan Muhammadiyah ini menjadi tantangan tersendiri bagi organisasi yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan ini. Dengan makin banyaknya pesantren di lingkungan Muhammadiyah, diharapkan santri-santri Muhammadiyah bisa tampil sebagai ulama moderat sekaligus tokoh nasional dengan keilmuan mumpuni.

“Di era Kiai Dahlan, jelas sangat menonjol bagaimana keulamaan Kiai Dahlan dan institusi Muhammadiyah telah menjadi tonggak baru, menjadi ma’alimah fi thariq atau semacam breakthrough, titik lompat dari umat Islam yang saat itu kondisi dan profile kolektif-sosiologisnya melambangkan ketertinggalan,” ucap Haedar.

Karena itu, ia juga berharap pesantren-pesantren di lingkungan Muhammadiyah mampu membuat terobosan sehingga mampu bersaing di masa depan yang sama sekali berbeda. “Ini penting dan inilah yang menjadi pertanyaan sekarang; apakah lembaga pendidikan, pondok pesantren Muhammadiyah, di mana dasar-dasar ilmu agama dipelajari secara mendalam,” ujarnya.

Dalam 20, 30, atau 50 tahun ke depan, Haedar memprediksi pesantren Muhammadiyah akan mampu memproduksi elite-elite muslim modernis Muhammadiyah yang bisa hidup di tengah zaman baru dan berdialog dengan realitas zaman itu.

“Bahkan bisa bertukar pikiran dengan elite-elite lain di negeri ini yang boleh jadi nanti perkembangannya sudah lain,” imbuh Haedar.

Di lingkungan Muhammadiyah, keberadaan pesantren berada di bawah Lembaga Pengembangan Pesantren (LP2) Pimpinan Pusat Muhammadiyah. LP2 secara resmi mengelola 380 pesantren Muhammadiyah tersebar di berbagai daerah di Tanah Air. Jumlah tersebut merupakan pesantren yang secara struktural dikelola secara resmi oleh Persyarikatan Muhammadiyah. Jika menghitung pesantren kultural Muhammadiyah dan pesantren yang dimiliki dan dikelola simpatisan Muhammadiyah, jumlahnya tentu bisa lebih banyak lagi.

Berbeda dengan di lingkungan NU yang masih ada pesantren salaf (tradisional) dan khalaf (modern) atau perpaduan keduanya, di lingkungan Muhammadiyah konsepnya adalah pesantren modern yang terintegrasi dengan lembaga pendidikan umum atau madrasah. Pesantren Muhammadiyah biasanya lebih dikenal dengan sebutan Muhammadiyah Boarding School (MBS) dan pesantren sains (Trensains).

Multi-Page

Tinggalkan Balasan