MISALKAN PAGI KITA DI GUNUNG

1,420 kali dibaca

MISALKAN PAGI KITA DI GUNUNG

Misalkan pagi kita di gunung
Kau pandangi mentari seperti terbit di belakang punggung
Misalkan sore kita di lautan,
Kau pandangi mentari seperti tenggelam menuju kelam

Advertisements

Maut kini seumpama gelombang saat malam tiba;
Datang bergantian seperti sudah biasa,
Tetapi pagi di sini amatlah tenang
berbaris sajak tertulis, meski perasaan datang dan terbuang

Cerita di lautan tak akan surut
meski keadaan sedang pasang,
nelayan bercerita tentang kematian
bukan hanya nyawa, namun juga perihal nasib,

tetapi lihatlah. . .
Orang-orang dengan tenang
membuang kesialan di atas terumbu karang,
lalu diombang-ambingkan gelombang

Jangan hujan dulu di pantai kami
Puisi belum terbuat dan kau sudah pergi
Biarlah senja mengambang di sore hari
Kau nikmati dan pandangi, sampai tiba kau kembali–ke surga yang abadi.

RUMAH TANGGA

Kita senantiasa kesulitan mengungkapkan perasaan melalui kata-kata;

“Lebih baik pulang sebelum hujan tiba,
dari pada berteduh setelah terlanjur basah”

Kita saling berbagi kisah–perihal kehidupan dengan ungkapan dan perasaan masing-masing,
Meski dengan nada dan bahasa yang paling asing

Kita saling bertukar problematika–dengan penyelesaian masing-masing,
Meski jalan keluarnya berputar-putar bagai gasing

Kita sudah saling membuka pintu ketika pagi tiba,
tatkala mentari memancarkan sinarnya

Kita sudah saling membuka jendela, tatkala pelangi tampak, seusai hujan reda

Kita sudah sama-sama menyiram dan merawat harapan-harapan, agar langkah ke depan tak mencekam

Kita sudah saling menulis dan membaca dengan apa yang sudah kita tulis dan kita baca.

Aku menulis tentang gerimis

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan