Mereka Anak-anak Kita Juga…

1,269 kali dibaca

Saya —mungkin juga Anda— memiliki kisah yang mirip dengan anak kelas 6 SD yang top up game online senilai Rp 800 ribu dan orang tuanya marah-marah kepada kasir Indomaret. Kasus itu kemudian viral dan menjadi pemberitaan hangat di berbagai media beberapa hari ini. Yang membedakan saya dengan anak kelas 6 SD itu mungkin lingkungan yang membesarkannya.

Terus terang, saya justru sangat masygul, galau, atas reaksi netizen dan publik terhadap kasus ini. Netizen dan publik cenderung mem-bully orang tua anak SD tersebut karena dianggap lalai mengawasi dan mendidik anaknya sendiri. Sekali lagi, netizen dan publik justru cenderung membela kasir Indomaret; mereka hanya seorang pegawai yang menjalankan tugas, laiknya sebuah robot.

Advertisements

Si orang tua mungkin memang salah. Ia lalai mengawasi anaknya. Dan tidak pada tempatnya meledakkan amarahnya kepada kasir Indomaret yang melayani top up anaknya. Juga, memang tak ada hukum atau aturan yang dilanggar oleh kasir Indomaret itu kecuali tak adanya pertimbangan tanggung jawab moral dan tanggung jawab sosial.

***

Kisah yang saya alami ini sudah berlangsung begitu lama, tapi saya masih ingat kejadiannya meskipun mungkin tak utuh lagi. Saat itu, mungkin saya masih kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah atau mungkin belum sekolah.

Di zaman itu, sekitar medio era 1970-an, salah satu permainan paling popular di kalangan anak-anak adalah kartu wayang. Meskipun disebut kartu wayang, gambar yang ada di kartu-kartu itu bukan hanya tokoh-tokoh pewayangan. Lembaran kartu itu juga banyak yang memuat gambar tokoh-tokoh hero fiktif.

Dalam selembar kertas ukuran folio itu biasanya terdapat 50 gambar tokoh atau cerita dalam bingkai kotak-kotak kecil. Setiap gambar diberi nomor urut. Lembaran kartu wayang itu kemudian kita gunting, kita potong-potong per gambar. Maka, selembar kartu wayang itu bisa menjadi 50 kartu.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

One Reply to “Mereka Anak-anak Kita Juga…”

Tinggalkan Balasan