Merawat Jati Diri Seorang Santri

5,252 kali dibaca

Santri secara makna kata adalah seseorang yang mendalami ilmu agama (Islam). Di dalam KBBI juga dijelaskan bahwa santri adalah orang yang beribadat dengan sungguh-sungguh, atau orang yang saleh. Santri mempunyai konotasi positif di bidang pengetahuan keagamaan. Identitas seorang santri harus dijaga dan dipelihara agar nilai-nilai kepesantrenan mempunyai kredibilitas yang baik di masyarakat.

Sedangkan pesantren adalah nama tempat para santri untuk menimba ilmu agama (Islam). Dalam wikipedia dijelaskan bawa pesantren adalah sebuah pendidikan tradisional yang para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan kiai dan mempunyai asrama untuk tempat menginap santri. Di pesantren para santri belajar ilmu pengetahuan, utamanya ilmu agama (Islam).

Advertisements

Dalam sebuah keterangan, santri mempunyai filosofi terkait dengan kata tersebut dalam Bahasa Arab. Santri terdiri dari huruf sin, nun, ta’, ra‘, dan ya‘. Dari rangakain huruf ini sebagian ulama memberikan penjabaran sebagai bentuk filosofi terkait santri. Sin (س) merupakan kepanjangan dari salikun ilal akhirah; santri harus berjalan menuju akhirah. Nun (ن) singkatan dari naibul masyayikh; penerus atau generasi dari para kiai/ulama. Ta‘ (ت) singkatan dari tarikun ‘anil ma’ashi; yaitu santri harus mampu meninggalkan kemaksiatan (perbuatan dosa).

Kemudian huruf ra‘ (ر), merupakan singkatan dari roghibun fil khairot; artinya santri harus senang terhadap nilai-nilai kebaikan. Dan yang terkahir huruf ya‘ (ى), yaitu yarjus salamata fiddini waddunya wal akhirah; artinya seorang santri harus selalu berusaha berharap kebaikan di dunia dan di akhirat (yaumul qiyamah).

Jati Diri Seorang Santri

Dalam sebuah kegiatan Pelantikan Pengurus Ikatan Alumni Annuqayah (IAA) cabang Surabaya di Kancakona Kopi Sumenep (07/09/2020), KH Naqib Hasan, Ketua Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk menjelaskan dalam sambutannya bahwa sebagai santri dan alumni PP Annuqayah harus menjaga nilai-nilai kepesantrenan dengan tetap berkarakter sebagai santri. “Sebab dengan tetap menjaga idealisme pesantren kita telah membangun wujud keislaman dalam kehidupan,” katanya. Artinya, kita akan berhadapan dengan masyarakat melalui karakter santri yang beridentitas dan berintegritas.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan