Menjadi Santri Tajir Melintir

1,286 kali dibaca

Di dalam Al-Quran, Allah swt berfirman, “Dan Dia mendapatimu (Muhammad) sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan,” (QS. Ad-Dhuha: 8). Di dalam tafsirnya, Al-Qirthubi menjelaskan bahwa pada awalnya kondisi Nabi Muhammad saw dalam keadaan kekurangan (fakir), tetapi kemudian dijadikan cukup (kaya) melalui Siti Khadijah dan orang lain. Ayat ini juga menjelaskan, bahwa hakikatnya kehidupan Nabi Muhammad saw adalah seorang yang kaya tetapi memiliki karakter (pola hidup, life style) yang sederhana.

Dede Ibrahim, melalui bukunya Unusual Santri: Berbedalah Maka Kau Akan Dikenal! mengajak dengan bahasa yang sangat rancak, agar seorang santri menjadi orang yang kaya. Karena kaya itu sebuah pilihan, sedangkan sederhana merupakan karakter dari seseorang. Tidak jarang orang yang kaya tetapi memiliki karakter sederhana. Sebaliknya, orang miskin sangat mungkin dapat bersikap bergaya hidup mewah.

Advertisements

Buku dengan tebal 216 halaman ini mengajak para santri agar tidak menjadi miskin. Karena kemiskinan itu dapat menjerumuskan kepada kekafiran (kadal faqru an yakuna kufran, hampir saja fakir itu menyebabkan kafir).

Seorang santri sudah seharusnya memiliki jiwa kreatif dan mandiri sejak di pesantren. Salah satu pekerjaan kreatif tanpa modal yang dapat santri lakukan adalah dengan menjadi santri writerpreneur. Dengan jalan menjadi writerpreneur, seorang santri akan belajar bagaimana caranya menghasilkan income, mampu mengelola keuangan dan merencanakan dengan baik (hal. xii).

Menjadi santri yang kaya raya, tajir melintir adalah sebuah keniscayaan. Pada saat ini tidak sedikit para santri yang bergerak di bidang finansial, berbisnis, dan melakukan usaha. Ketika seorang santri melakukan niaga, maka akan tercipta kebaikan-kebaikan, karena santri digembleng untuk menjadi karakter yang baik. Di dalam pesantren telah diajarkan bagaimana konsep yang halal dalam melakukan transaksi dalam sebuah perdagangan.

“Sederhana itu tidak harus miskin,” demikian Dede Ibrahim menulis di buku ini (hal. 1). Karena Nabi SAW pada umur 25 tahun sudah menjadi pedagang dengan cara ikut pamannya. Lebih dari itu, Nabi juga menjadi pengembala dan dari hasil gembalanya Nabi mendapat finansial yang cukup banyak. Apalagi ketika Nabi Muhammad saw menikahi Siti Khadijah, maka kekayaan Nabi begitu melimpah. Tetapi, karakter Nabi yang sederhana tidak menyebabkan harta kekayaannya menjadi berlaku hidup mewah. Justru setiap harta yang dimiliki digunakan untuk kepentingan dakwah, bukan untuk kemewahan pribadi.

Selanjutnya, Dede Ibrahim mencatat Robert T. Koyosaki, seorang investor, pengusaha, penulis, pernah berkata, “Masa depanmu ditentukan oleh apa yang kamu lakukan hari ini, bukan besok,” (hal. 6). Hal ini dimaksudkan bahwa untuk melakukan sesuatu kebaikan harus segera dilakukan. Begitu juga untuk meraih kekayaan, harus dilakukan dengan segera. Tidak perlu menunggu waktu yang tepat. Karena setiap saat adalah kebaikan dan ketepatan yang harus segera direalisasikan. Tidak perlu menunggu “hari baik” dan sebagainya.

“Mengapa santri harus kaya?” (hal. 7) adalah salah satu kalimat retorik yang disampaikan oleh Dede Ibrahim. Ali bin Abi Thalib berkata, “Seandainya kemiskinan itu menjelma menjadi manusia, maka aku yang akan membunuhnya.” Sahabat Nabi saja sangat benci dengan kemiskinan, maka sebagai santri juga seharusnya mampu mencampakkan “penyakit” ini.

Ada banyak alasan mengapa santri harus menjadi kaya. Misalnya, supaya santri tidak selalu bergantung kepada orang tua. Mampu membantu orang lain, terhindar dari mental miskin, tidak bermental pengemis, dan lain sebagainya. Lepas dari kemiskinan akan memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap pola kelola kehidupan. Karena setiap hal dalam kebaikan (ibadah), selalu bersinergi dengan kekayaan.

Dede Ibrahim juga menjelaskan terkait dengan exellen (perbedaan). “Kun mutakhallifan fa yu’rafu, jadilah Kamu berbeda, maka kamu akan dikenal,” (hal. 11). Tentu saja perbedaan yang dimaksud adalah dalam kebaikan. Bukan suatu perbedaan yang akan meninggalkan kontroversi dan perseteruan. Memang, setiap perbedaan akan dikenal dan menjadi viral. Namun, terkenal dalam hal yang negatif akan membawa keburukan. Jadi yang dimaksud dengan mutakhallaf (perbedaan) di sini adalah perbedaan yang membawa kemaslahatan.

Buku ini sangat recomended untuk dibaca dan dicerna oleh para santri khususnya, dan seluruh khalayak pada umumnya. Karena terdapat konsep kemandirian, etika kekayaan, dan memotivasi untuk menjadi personal yang memiliki harta melimpah. Tertu saja kekayaan yang didapat dengan cara yang islami, halal, serta membawa keberkahan dalam hidup. Sehingga, eksistensi kekayaan itu membawa kepada karakter sederhana, dermawan, dan tidak bergaya hidup mewah.

Buku yang diterbitkan oleh PT Elex Media Komputendo ini memiliki nilai-nilai kesemangatan (motivation) agar santri tidak menjadi kere. Bolehlah seorang santri hidup sederhana, karena hal tersebut merupakan kewajiban, tetapi menjadi kaya merupakan sebuah pilihan. Kaya dalam kesederhanaan jauh lebih baik daripada miskin dalam kemewahan. Wallahu A’lam!

Data Buku

Judul : Unusual Santri: Berbedalah Maka Kau Akan Dikenal!
Penulis : Dede Ibrahim
Penerbit : PT Elex Media Komputindo
ISBN : 978-602-04-5585-3
Jumlah halaman : 216
Tahun terbit : 2018

Multi-Page

Tinggalkan Balasan