Menggagas Paradigma Baru Ilmu Islam

970 kali dibaca

Ilmu pengetahuan menjadikan manusia sebagai makhluk beradab dan dengan itu membangun peradaban. Manusia memperoleh ilmu pengetahuan melalui proses dan pengalaman yang panjang, dengan apa yang disebut mencari ilmu atau tholabul ilmi. Melalui pencarian ilmu pengetahuan itu pula Islam mencapai kejayaan dan peradaban tinggi.

Dalam sejarah peradaban Islam, Islam begitu menghargai dan menjunjung tinggi sains dan ilmu pengetahuan, dari mana pun sumbernya. Sebab, salah satu prinsip dalam pencarian ilmu pengetahuan atau tholabul ilmi adalah dengan menghargai para ilmuwan sebelumnya, meskipun mereka berasal dari kebudayaan yang berbeda, seperti para ilmuwan Yunani, Romawi, Persia, India, dan sebagainya.

Advertisements

Itulah yang dulu pernah dilakukan para ilmuwan atau sarjana muslim, semisal Ibn Sina yang dikenal sebagai bapak kedokteran modern. Ia mendalami berbagai disiplin keilmuan, seperti filsafat, astronomi, dan kedokteran. Bukunya yang berjudul The Canon of Medicine telah menjadi buku pegangan utama mahasiswa kedokteran di Eropa sampai abad ke-18 atau 700 tahun kemudian.

Selanjutnya ada Al Khwarizmi yang memecahkan persamaan alogartima, linier, kuadrat, dan konsep aljabar. Ia juga berhasil memetakan pergerakan matahari dan bulan. Pendek kata, sejarah Islam dipenuhi para ilmuwan yang sangat hebat, seperti Al-Kindi, Ibnu Sina, Ibnu Majah, Ibnu Rusd, Ar-Razi, Ibnu Tufail, di mana mereka mengkaji ilmu pengetahuan tidak mengkategorikan dan mempertentangkan istilah ilmu agama dan ilmu umum.

Masa kejayaan Islam terdahulu ini akan memberikan sebuah pemahaman penting dan uswah hasanah dalam penguatan tradisi pencarian ilmu pengetahuan, yang dalam tradisi pesantren disebut ngaji. Dengan penguatan tradisi ngaji ini akan menjadikan Islam lebih maju karena menghargai perbedaan serta terbuka dengan kelompok lain untuk ikut bersama-sama membangun dunia ini dan berkontribusi mengembangkan ilmu untuk menjadikan dunia ini lebih baik.

Konstruk ini melandasi keluasan ilmu pengetahuan yang sejak dahulu telah dipelopori oleh banyak cendikiawan muslim. Maka, dalam konteks ini, sesungguhnya ngaji tidak identik dengan apa yang disebut khazanah ilmu agama. Lebih dari itu.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan