Setahun lebih sudah, Buya H Awiskarni Husin berpulang. Kepergiannya pada Senin, 8 Juni 2020 menyisakan luka mendalam bagi para santri Tarbiyah Islamiyah Pasia Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Beberapa hari sebelum wafat, Buya Awiskarni dilarikan ke Rumah Sakit Stroke Nasional atau sekarang disebut dengan Rumah Sakit Otak yang terletak di Bukittinggi. Namun, setelah memperoleh perawat selama tiga hari, kondisinya terus menurun.
Kepergian Buya Awiskarni meninggalkan begitu banyak kenangan bagi para santrinya, terutama yang tinggal di asrama atau pondok. Kami termasuk di antara santri yang sangat merindukan kenangan bersama Buya Awiskarni di asrama. Masih segar dalam ingatan seperti apa suara Vespa yang dikendarainya ketika memasuki kompleks asrama.

“Ustaz ibukk …,” begitu kami menyapa sambil menundukkan kepala. Dan, “Oikk… nak,” begitu Buya Awiskarni membalas sapaan dari santrinya. Terkadang, Buya Awiskarni menjawab sapaan kami dengan ekspresi wajah yang sangat lucu, dengan meniru gaya selfie anak kekinian, memonyongkan bibir, misalnya. Dan kami pun tersenyum melihat tingkahnya.
Begitulah, pagi yang Buya Awiskarni diawali dengan berbagi kebahagiaan bersama para santrinya.
Sejarah MTI Pasia
Buya Awiskarni, yang sering disapa dengan sebutan Ustaz Awis, lahir pada 1 April 1945 di Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Tepatnya di daerah Balai Gurah. Sejak belia, Buya Awis memperoleh pendidikan dari ayahnya, Buya H Husin Amin bin Muhammad Amin, dengan disiplin tinggi dan sangat keras. Tempaan dari sang ayah akhirnya membuahkan hasil. Pada 1964 pimpinan Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Pasia ini beralih kepada Buya Awis ketika kondisi Buya Husin sudah sepuh dan dari segi fisik juga kurang sehat.