Mengarungi Samudera Keilmuan Syekh Al-Jailani

971 kali dibaca

Buku ini mengulas fondasi spritualitas Islam secara lugas. Ajaran-ajaran dasar Islam seperti salat, puasa, zakat, dan haji dikupas kedalaman maknanya dan keratan hubungannya dengan perjalanan hidup kita sebagai hamba Allah. Di mana sejatinya manusia adalah ciptaan Tuhan yang berkewajiban menyembah-Nya, sebagaimana firmannya dalam Al-Quran yang berbunyi “Dan tidak Aku ciptakan jin manusia kecuali untuk beribadah kepadaku.”

Sebagai makhluk Tuhan yang berkewajiban menyembah-Nya, tentunya ada berbagai laku spritual yang bisa dilakukan dalam beribadah. Sudah jamak diketahui bahwa salat merupakan perintah langsung dari Allah kepada Nabi Muhammad Saw. Dengan ini menunjukkan bahwa salat merupakan suatu hal yang utama dalam beribadah kepada Tuhan.

Advertisements

Di dalam buku yang berjudul Sirrul Asrar karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani ini, salat dibagi menjadi dua macam, yakni salat syariat dan salat tarekat. Salat syariat adalah rukun-rukun yang dikerjakan dengan anggota tubuh lahiriah melalui gerakan fisik seperti berdiri, rukuk, sujud, duduk, lengkap dengan bacaan-bacaannya. Sedangkan, salat tarekat adalah salat kalbu. Salat ini selamanya tidak pernah mengenal waktu.

Dari sini menunjukkan bahwa salat yang pokok adalah salat kalbu, karena ia senantiasa tidak mengenal waktu untuk bermunajat kepada Tuhan, sementara salat syariat memiliki waktu tertentu sehari semalam lima kali.

Melalui buku ini, Syekh Abdul Qadir al-Jailani menuntun kita mengerti rahasia dan yang ada di balik rahasia. Ia membawa kita menelusuri jejak Tuhan yang terhampar di alam semesta dan di dalam diri kita. Ia menyarankan kita menuju kedalaman hakikat dan menyatu dengan Sang Hakikat.

Hal ini dibuktikan dengan pembahasan dalam buku ini yang tidak hanya menyajikan ajaran-ajaran dasar agama Islam, melainkan juga tentang wadah roh di dalam jasad yang berada bersama anggota tubuh lahiriah. Karena memang setiap roh itu memiliki wadah di dalam wujudnya, yakni wadah jasmani dan wadah ruhani. Masing-masing memiliki modal, hasil, dan keuntungan yang tidak merugi lahir maupun batin.

Oleh karena itu, setiap manusia harus tahu cara mengelola roh tersebut di dalam wujudnya, sebab, hasil dari pemberdayaan roh di dunia akan dimintai pertanggungjawabannya nanti di akhirat. Wadah roh jasmani memiliki modal amaliah syariat.

Cara mengolahnya adalah mengamalkan ibadah wajib yang telah diperintahkan pada kita, dari hukum-hukum syariat yang telah ditetapkan. Sedangkan, roh ruhani adalah kalbu. Ia memiliki modal ilmu tarekat. Cara mengolahnya adalah menzikirkan empat asma Allah yang pertama (la ilaha, Allah, Huwa, al-Haq) tanpa suara dan huruf. Sehingga melalui modal dan pengolahan itu  dapat menghasilkan al-jannah (surga).

Tidak sedikit ulama yang menulis kitab tentang tasawuf. Namun, Syekh Abdul Qadir al-Jailani memaparkan jalan ruhani ini secara lebih ringkas dan mudah dicerna. Wajar sekali bila maha karyanya ini terus dirujuk sejak lebih dari 800 tahun silam.

Ini sebuah jalan ruhani memang tidak mudah dijalani oleh banyak orang. Hanya orang-orang tertentu saja yang mampu melakukannya. Oleh sebab itu diperlukan sebuah penyucian diri yang dalam istilah tasawuf disebut dengan taubat untuk mencapai pada Sang Hakikat. Sehingga jika sudah terbebas dari sifat tercela, telah bersih dari sumber dosa, maka masuklah kita pada golongan orang-orang yang suci dan ahli taubat. Sebagaimana tersirat dalam firman Allah, “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.”

Inilah sirri yang dimaksud dari judul buku ini, yang diletakkan di kalbu Nabi Muhammad pada malam mikraj, di batinnya yang terdalam. Nabi Muhammad tidak memberikan sirri itu kepada orang awam, melainkan hanya kepada sahabat terdekat dan ahlussuffah. Mereka adalah orang-orang yang diridai Allah. Dengan berkah sirri tersebut, syariat pun dapat ditegakkan hingga hari kiamat. Dan hanya ilmu batin itu yang dapat menunjukkan sirri itu, sedangkan semua ilmu dan pengetahuan lahir hanyalah kulit dari yang sirri tadi.

Menariknya, meskipun buku ini adalah buku terjemahan, akan tetapi teks-teks aslinya tetap disandingkan di dalamnya. Setiap kata kunci diberi catatan kaki yang digali dari sumber yang terpercaya. Sehingga membacanya serasa benar-benar ngaji kitab aslinya. Maka kiranya tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa buku ini cukup baik untuk dibaca oleh setiap kalangan yang ingin mendalami syariat hingga makrifat. Wallahu a’lam.

Data Buku

Judul               : Sirrul Asrar
Penulis             : Syekh Abdul Qadir al-Jailani
Halaman          : 268 halaman
Cetakan           : November 2019
ISBN               : 978-623-7327-31-8
Penerbit           : Turos Pustaka

Multi-Page

Tinggalkan Balasan