Membaca Proses Kenabian dan Kerasulan Muhammad (6)

510 kali dibaca

“Lalu, Khadijah mengantarkan beliau menemui sepupunya, Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abd al-Uzza, seorang penganut agama Nasrani dan banyak menulis Alkitab (Injil) dalam bahasa Ibrani. Umurnya sudah sangat tua, juga buta. Khadijah meminta kepadanya untuk mendengarkan berita tentang peristiwa yang dialami beliau.” (lanjutan hadis).

Bahwa ketika Rasulullah merasakan beban berat dari mimpi-mimpinya dan menceritakannya kepada Khadijah, Allah melapangkan dadanya dan memeliharanya dari sikap ingkar sehingga ia menenangkan suaminya dengan mengatakan, “Suatu tanda kebaikan.” Kemudian beliau juga pernah menceritakan bahwa dadanya dibelah lalu dicuci, dibersihkan, dan ditutup kembali seperti sedia kala. Ia berkata, “Ini benar-benar suatu pertanda kebaikan. Maka, bergembiralah!”

Advertisements

Allah melapangkan dada Khadijah untuk percaya dan memeliharanya dari sikap ingkar. Ini semakin memperkuat asumsi bahwa Allah telah mempersiapkan Khadijah untuk menghadapi segala macam pengalaman pahit dan cobaan berat yang akan dialami oleh suaminya selama masa peralihannya menjadi Nabi dan Rasul.

Demikianlah, kebesaran dan keagungan pribadi Sayyidah Khadijah. Tanda lainnya, sebagaimana tertera dalam hadis di atas dan sebagai lanjutan dalam tulisan sebelumnya, Khadijah mengantarkan beliau kepada Waraqah, sepupu Khadijah.

Pertanyaannya, kenapa Waraqah? Bukan pamannya yang lain?

Keputusan Sayyidah Khadijah mengantar Nabi Muhammad menemui Waraqah adalah tindakan yang paling tepat dan yang terbaik. Andaikan itu perempuan lain, atau perempuan biasa seperti perempuan zaman ini, ia akan melakukan salah satu dari dua kemungkinan; menyembunyikan kejadian yang dialami suaminya lalu membiarkan dirinya dan suaminya dirundung ketakutan dan kebingungan, atau mungkin pergi menemui pamannya Amr bin Abdul Uzza, yang dahulu hadir dan menjadi wali dalam pernikahan Khadijah dan Muhammad, lalu menceritakan peristiwa yang dialami keluarganya untuk meminta bantuan.

Pada umumnya dua orang biasa yang menjadi pengantin baru, ketika mengalami peristiwa ganjil, ia akan ketakutan dan berupaya menyembunyikan peristiwa itu, atau datang kepada orang tua, mertua atau paman, sanak kerabat untuk meminta bantuan. Sekali lagi, ia adalah Khadijah, bukan perempuan biasa. Tindakannya pun tidak ceroboh dan gegabah, melainkan penuh perhitungan dan akurat.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

2 Replies to “Membaca Proses Kenabian dan Kerasulan Muhammad (6)”

Tinggalkan Balasan