Membaca Proses Kenabian dan Kerasulan Muhammad (5)

666 kali dibaca

“Beliau menceritakan kepada Khadijah apa yang dialaminya. ‘Aku sangat cemas,’ ucapnya. Khadijah berkata, ‘Tidak. Demi Allah, Dia tidak akan pernah menakutimu. Engkau menjalin hubungan silaturahmi, mengatasi persoalan orang lain, menyantuni kaum papa, memuliakan tamu, dan selalu berupaya menolong atas nama kebenaran.’”

Sesuai isi hadis tersebut, kita dapat memperoleh dua gambaran. Pertama, sikap Khadijah dalam menenangkan beliau yang sedang ketakutan sekaligus keyakinan Khadijah akan keesaan Allah. Kedua, karakter dan sifat Nabi Muhammad selama hidup sebelum turunnya wahyu. Sifat dan karakter Nabi tersebut bisa dikatakan sebagai jalan kenabian.

Advertisements

Lain waktu saya akan menjelaskan apa dan bagaimana jalan kenabian itu. Namun, secara garis besar bisa dipahami bahwa dengan sikap, sifat, dan karakter Nabi Muhammad selama hidup dan kita sebagai umatnya mencoba menirunya dalam kehidupan sehari-hari, selama menjalani aktivitas sehari penuh bahkan seluruh perjalanan kehidupan kita, sampai kelak tiada. Jadi, jalan hidup kita berada dalam jalan kenabian.

Redaksi “Aku sangat cemas” dalam hadis tersebut menunjukkan betapa takutnya Nabi Muhammad usai perisitiwa agung itu. Tubuhnya dingin dan menggigil, oleh karena itu beliau meminta kepada istri tercintanya agar diselimuti. Setelah diselimuti dan dirasa jiwanya sudah tenang, juga tubuhnya menghangat, beliau menceritakan pengalamannya di Gua Hira.

Tanggapan Khadijah atas cerita Nabi Muhammad sangat tepat, dan dari itu kita tahu betapa Khadijah adalah orang yang sejak awal dipilih atau ditakdirkan untuk menemani Nabi Muhammad. Tak tampak pada Khadijah perasaan takut atau ngeri. Boleh jadi karena kepercayaannya yang penuh terhadap suaminya yang dikenal sebagai orang yang selalu berpikir jernih, berbudi baik, penuh simpati dalam pergaulan, dan memiliki sifat-sifat terpuji lagi mulia selama hidupnya. Orang seperti ini tidak mungkin dikecewakan oleh Allah.

Kata-kata Khadijah yang menenangkan itu menunjukkan kepribadiannya, karena kebersamaan dan keikhlasannya mendampingi suaminya selama ini telah menjadikannya sebagai salah seorang dari kelompok al-Hanifiyah pula, pencari kebenaran yang percaya pada keesaan Tuhan.

Khadijah yang tegar menghadapai kejadian yang dialami suaminya dan percaya sepenuhnya terhadap apa yang diceritakan suaminya serta perjuangannya demi menenangkan jiwa dan memperkuat suaminya, semuanya menunjukkan betapa agung pula pribadi Sayyidah Khadijah, Ummul Mukminin, ini.

Khadijah-lah yang lebih awal percaya terhadap semua yang diberitakan Nabi Muhammad, dan selanjutnya mendampingi beliau dalam menjalani perjuangan. Khadijah menapaki tahap demi tahap bersama Muhammad, mulai sejak pernikahan sebelum beliau menjadi Nabi sampai dengan peristiwa agung di Gua Hira, sehingga Khadijah yakin bahwa yang terjadi tidak lain adalah proses kenabian dan kerasulan.

Tulisan selanjutnya akan membuktikan penjelasan tersebut, di mana Khadijah punya inisiatif dan ide cemerlang untuk lebih menenangkan beliau, supaya beliau mengerti apa sebenarnya yang telah terjadi, yakni dengan mengajak Nabi menemui sepepunya, Waraqah.

Khadijah memiliki dada yang lapang untuk menerima segala keadaan suaminya dan tidak pernah ingkar atas apa yang disampaikan oleh suaminya. Ini menandakan bahwa Allah telah mempersiapkan Khadijah untuk menghadapi segala macam pengalaman pahit dan cobaan yang berat selama masa peralihannya menjadi Nabi dan Rasul.

Sejak menikah dengan Khadijah, Muhammad termasuk orang yang senang mendermakan harta miliknya demi kebaikan, sebagaimana di antaranya disebutkan Khadijah sesuai dalam redaksi hadis. Kita tengok secara saksama perkataan Khadijah, “Engkau menjalin hubungan silaturahmi, mengatasi persoalan orang lain, menyantuni kaum papa, memuliakan tamu, dan selalu berupaya menolong atas nama kebenaran.”

Muhammad sejak awal kehidupannya sebelum menikah dengan Khadijah sudah dikenal sebagai pedagang yang ulung, sukses, dan ahli dalam urusan perdagangan. Benarlah perkataan Khadijah, bahwa beliau orang yang suka menyantuni kaum papa, mengatasi persoalan orang lain. Sekiranya Muhammad mengandalkan harta Khadijah seperti yang dibayangkan sementara orang, tentu perkataan Khadijah akan lain, Khadijah akan mengatakan, “Kita menjalin hubungan silaturahmi, kita menanggung beban orang lain, kita membantu yang butuh dan kita menolong atas nama kebenaran.”

Subyeknya menggunakan kita, sedangkan jelas diterangkan dalam hadis bahwa Khadijah hanya menyebut engkau, artinya merujuk ke pribadi Muhammad sendiri tanpa campur tangannya. Sikap dan tindakan-tindakan yang disebutkan Khadijah menegaskan bahwa semua itu dilakukan oleh suaminya secara pribadi, artinya dengan harta dan kekayaannya sendiri.

Memang demikianlah perangai, pribadi, karakter, dan sifat Nabi Muhammad. Termasuk yang masyhur dikenal, yakni sidiq (selalu berkata jujur) dan amanah (dapat dipercaya). Inilah beberapa di antaranya yang dikatakan sebagai jalan kenabian; menjalin hubungan silaturahmi, mengatasi persoalang orang lain, menyantuni kaum papa, memuliakan tamu, selalu berupaya menolong atas nama kebenaran, selalu berkata jujur dan memgang amanah yang diberikan orang lain, sehingga orang bisa percaya kepada kita dan kita termasuk orang yang dipercaya sekaligus.

Semoga Allah dengan rahmat dan karunianya berkenan menolong kita dan mengizinkan kita menapaki jalan kenabian ini.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan