Membaca Jejak Karomah Kiai Kholil

1,488 kali dibaca

Syaikhona Kholil Bangkalan, atau dikenal juga dengan Mbah Kholil, adalah ulama besar dan melahirkan ulama-ulama besar lainnya di seluruh Nusantara. Tidak terhitung jumlahnya, santri Mbah Kholil yang kemudian mendirikan lembaga pondok pesantren di daerah asal atau berbagai daerah. Santri-santri Mbah Kholil, yang kemudian menyebar ke seluruh wilayah di Indonesia, membawa misi li i’la’i kalimatillah, untuk menyebar agama Allah. Membawa panji kalimat tauhid, La Ilaha illallah, Muhammad Rasulullah.

Membicarakan kharisma dan kehebatan Mbah Kholil tidak akan ada habisnya. Selalu muncul dan lahir kisah-kisah kejunelan, yang dalam bahasa agama disebut sebagai karomah. Karomah adalah kejadian luar biasa yang terjadi pada ulama atau seseorang yang memiliki pemahaman agama yang baik dan mumpuni. Istilah lainnya, yang sepadan dengan karomah adalah mukjizat. Istilah ini disandarkan kepada para Nabi dan Rasul, yaitu kejadian di luar logika yang terjadi pada mereka. Sementara ma’unah adalah pertolongan Allah kepada semua orang (Nabi, ulama, orang-orang biasa) karena kehendak Allah. Sedangkan, sihir merupakan kejadian luar biasa, di luar akal kebanyakan, yang terjadi pada orang kafir (nonmuslim?).

Advertisements

Buku dengan judul Surat Kepada Anjing Hitam: Biografi dan Karomah Syaichona Cholil Bangkalan ini merupakan sebuah biografi singkat dan termasuk kisah-kisah luar biasa yang terjadi pada diri Syaikhona Kholil. Di dalam buku yang ditulis oleh Saifur Rahman ini dijelaskan biografi singkat Mbah Kholil.

Meskipun cukup singkat, namun kita dapat mengetahui jejak dan silsilah Mbah Kholil dari sisi ayah maupun ibu hingga sampai kepada Rasulullah saw (hal. 7-12). Hal ini menunjukkan bahwa secara garis silsilah, Kiai Kholil merupakan gen keagungan dan menjadi seseorang yang diagungkan oleh Allah.

Pendidikan Kiai Kholil dimulai sejak dari lingkungan keluarga (hal. 6). Kiai Abdul Latif, ayahanda Kiai Kholil dan ibunda Syarifah Khadijah, menekankan pentingnya ilmu agama. Maka sejak awal, dalam lingkungan keluarga, Kiai Kholil telah belajar dasar-dasar keislaman. Kemudian Kiai Kholil melanjutkan pendidikan di beberapa pesantren, seperti Pesantren Langitan, Tuban (hal. 18); Pesantren Cangaan, Bangil; Pesantren Darussalam, Pasuruan; Pesantren Sidogiri, Pasuruan; Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Banyuwangi, hingga ke Makkah Al-Mukarromah. Jadi jejak belajar Kiai Kholil begitu banyak dan memerlukan waktu yang cukup panjang.

Surat Kepada Anjing Hitam adalah salah satu judul dari buku ini (hal. 106). Di dalamnya dijelaskan bagaimana karomah Mbah Kholil bisa terjadi pada sesuatu yang di luar nalar. Si Fulan, adalah salah satu peserta jamaah haji pada waktu itu. Kemudian Mbah Kholil berkirim surat kepadanya supaya disampaikan kepada anjing hitam yang ada di Masjidil Haram. Tentu saja hal tersebut merupakan sesuatu yang tidak logis. Namun karena patuh dan tawadhu kepada guru, Kiai Kholil, si Fulan pun menyanggupinya.

Benar saja, sesampainya di tanah haram si Fulan bertemu dengan anjing hitam. Dan segera, surat yang diamanatkan Mbah Kholil kepadanya diberikan. Ia tidak dapat berpikir, mengapa di Masjidil Haram bisa ada anjing hitam. Dan begitulah karomah Mbah Kholil yang tidak dapat dijangkau oleh logika kebanyakan. Padahal, anjing hitam itu adalah salah seorang peserta jamaah haji yang alim dan wara’ yang tidak ingin diketahui oleh manusia. Nah, penasaran, kan? Buku ini benar-benar memberikan kebaruan pengetahuan, dan mengetahui keluarbiasaan dari ulama yang benar-benar luar biasa, Kiai Kholil Bangkalan.

Dan masih banyak lagi karomah yang dapat dibaca dan dipetik hikmahnya dari buku dengan tebal ix + 201 ini. Setidaknya ada 44 karomah atau kejunelan (dihitung manual) dalam buku yang diterbitkan oleh PPSMCH ini. Kita dapat mempelajari berbagai macam pengajaran dari buku ini. Karena di dalamnya memuat biografi ulama besar, Syaikhona Kholil, beserta karomah-karomah Beliau. Sehingga pada akhirnya, kita dapat meneladani nilai kesungguhan seorang ulama dalam mendekatkan diri kepada Allah.

Secara lay out, buku ini memang kurang memuaskan. Di beberapa tempat terdapat penulisan diksi yang salah. Penulisan “ke” dan “di” tidak sesuai kaidah Bahasa Indonesai sebagai kata depan atau sebagai kata imbuhan. Demikian juga terdapat spasi baris yang tidak sama antara satu paragraf dengan paragraf lainnya. Buku ini juga dimulai dari halaman v (lima) pada awal halaman buku. Tidak terdapat lembar isi pada buku ini, baik di halaman awal atau di halaman akhir.

Terlepas dari lay out yang perlu dibenahi, terma dan nilai luhur yang ingin disampaikan akan menjadi nilai lebih yang menjadi dasar utama. Membaca biografi ulama dan atau kisah-kisah yang terjadi di dalamnya adalah membaca pesan, baik yang tersurat maupun yang tersirat. Jadi buku kecil ini sangat wajar dimiliki oleh kita, khususnya para santri yang tidak lepas dari nilai-nilai keislaman. Semoga pembaca buku ini dan kita semua mendapat hidayah dari segala karya dan usaha yang telah diikhtiarkan. Wallahu A’lam! 

Multi-Page

2 Replies to “Membaca Jejak Karomah Kiai Kholil”

Tinggalkan Balasan