Membaca Jejak Karomah Kiai Kholil

1,453 kali dibaca

Syaikhona Kholil Bangkalan, atau dikenal juga dengan Mbah Kholil, adalah ulama besar dan melahirkan ulama-ulama besar lainnya di seluruh Nusantara. Tidak terhitung jumlahnya, santri Mbah Kholil yang kemudian mendirikan lembaga pondok pesantren di daerah asal atau berbagai daerah. Santri-santri Mbah Kholil, yang kemudian menyebar ke seluruh wilayah di Indonesia, membawa misi li i’la’i kalimatillah, untuk menyebar agama Allah. Membawa panji kalimat tauhid, La Ilaha illallah, Muhammad Rasulullah.

Membicarakan kharisma dan kehebatan Mbah Kholil tidak akan ada habisnya. Selalu muncul dan lahir kisah-kisah kejunelan, yang dalam bahasa agama disebut sebagai karomah. Karomah adalah kejadian luar biasa yang terjadi pada ulama atau seseorang yang memiliki pemahaman agama yang baik dan mumpuni. Istilah lainnya, yang sepadan dengan karomah adalah mukjizat. Istilah ini disandarkan kepada para Nabi dan Rasul, yaitu kejadian di luar logika yang terjadi pada mereka. Sementara ma’unah adalah pertolongan Allah kepada semua orang (Nabi, ulama, orang-orang biasa) karena kehendak Allah. Sedangkan, sihir merupakan kejadian luar biasa, di luar akal kebanyakan, yang terjadi pada orang kafir (nonmuslim?).

Advertisements

Buku dengan judul Surat Kepada Anjing Hitam: Biografi dan Karomah Syaichona Cholil Bangkalan ini merupakan sebuah biografi singkat dan termasuk kisah-kisah luar biasa yang terjadi pada diri Syaikhona Kholil. Di dalam buku yang ditulis oleh Saifur Rahman ini dijelaskan biografi singkat Mbah Kholil.

Meskipun cukup singkat, namun kita dapat mengetahui jejak dan silsilah Mbah Kholil dari sisi ayah maupun ibu hingga sampai kepada Rasulullah saw (hal. 7-12). Hal ini menunjukkan bahwa secara garis silsilah, Kiai Kholil merupakan gen keagungan dan menjadi seseorang yang diagungkan oleh Allah.

Pendidikan Kiai Kholil dimulai sejak dari lingkungan keluarga (hal. 6). Kiai Abdul Latif, ayahanda Kiai Kholil dan ibunda Syarifah Khadijah, menekankan pentingnya ilmu agama. Maka sejak awal, dalam lingkungan keluarga, Kiai Kholil telah belajar dasar-dasar keislaman. Kemudian Kiai Kholil melanjutkan pendidikan di beberapa pesantren, seperti Pesantren Langitan, Tuban (hal. 18); Pesantren Cangaan, Bangil; Pesantren Darussalam, Pasuruan; Pesantren Sidogiri, Pasuruan; Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Banyuwangi, hingga ke Makkah Al-Mukarromah. Jadi jejak belajar Kiai Kholil begitu banyak dan memerlukan waktu yang cukup panjang.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

2 Replies to “Membaca Jejak Karomah Kiai Kholil”

Tinggalkan Balasan