Malamnya Malam di Hutan Selawangan

43 views

Sari merapatkan kain batik yang membalut tubuhnya dengan perut yang membuncit. Ia sedang mengandung tujuh bulan. Kehamilan yang akan menjadikan malam di Hutan Selawangan makin kelam.

Angin malam bertiup kencang di sela pepohonan yang menjulang tinggi menaungi Hutan Selawangan. Gemerisik daun dan ringkik serangga malam menghadirkan suasana yang menikam. Dari balik jendela bambu, Sari melirik ke arah hutan yang gelap —gelap yang seolah ingin menerkamnya dalam lipatan ketakutan.

Advertisements

“Oh, Sundar suamiku belum pulang juga. Cepatlah pulang, mas. Aku sudah ketakutan,”  gumamnya sambil mengusap perut yang baru saja ditendang jabang bayi.

Suami Sari, Sundar, seperti halnya para lelaki lain di Desa Kedungsari, malam ini berada di tengah hutan lebat. Mereka berkelompok, berjalan hati-hati di bawah naungan pepohonan besar, dalam pencarian yang sarat risiko. Tujuannya hanya satu: meringkus siluman macan putih dan rombongannya, makhluk yang diyakini warga desa sebagai titisan leluhur yang murka.

Sudah berbulan-bulan desa dilanda ketakutan. Ternak hilang satu per satu.  Kambing, sapi, dan ayam lenyap tanpa jejak. Hanya darah dan bulu yang tersisa, meninggalkan kengerian. Namun yang paling mengguncang adalah nasib seorang gadis remaja yang ditemukan tewas di tepi hutan. Tubuhnya hancur, seolah dicabik binatang buas. Sejak saat itu, desa terperangkap dalam rasa takut yang mendalam —bukan hanya terhadap macan, tapi terhadap kekuatan gaib yang mereka yakini tak bisa dilawan dengan kekuatan manusia biasa.

Beberapa kali masyarakat juga sempat melihat kelebatan macan yang jumlahnya lebih dari lima ekor. Mereka berseliweran di dekat permukiman. Jejak, bekas cakaran, dan beberapa helai bulu yang jatuh makin meyakinkan masyarakat; macan putih bersama rombongannya adalah biang kerok dari petaka di desa ini.

Sari, yang tengah mengandung tujuh bulan, karena merasa tak bisa tidur, akhirnya memutuskan duduk di depan rumah panggungnya. Udara malam yang dingin dan pekat menelusup lewat celah-celah bambu, membuat bulu kuduknya berdiri.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan