Literasi Santri dalam Evolusi Media

909 kali dibaca

Seiring dengan kemajuan teknologi informasi digital, penyelenggaraan pendidikan di Indonesia pun mau tak mau juga terbias oleh hadirnya media informasi di tengah masyarakat. Media juga turut berperan dalam menentukan pikiran masyarakat. Sebab, arus informasi yang beredar dipengaruhi oleh media sehingga masyarakat ikut terpengaruh oleh media.

Tren ini membuat media dan para pemilik media massa memiliki kontrol atas informasi dan pikiran masyarakat. Hanya sedikit dari masyarakat yang sadar akan kontrol media terhadap pikiran.

Advertisements

Postman (2005) pernah menyinggung hal yang sama: “What is peculiar about such interposition of media is that their role in directing what will see or know is so rarely noticed “. Media mengarahkan kita kepada informasi yang mereka inginkan dan, sayangnya, hal ini jarang disadari oleh masyarakat.

Kontrol ini membahayakan bagi aktivitas pendidikan. Sebab, dengan superioritasnya, media dan pemiliknya dapat mengatur apa yang harus masyarakat pikirkan. Lantas, apakah masyarakat tidak tercerahkan akibat media? Jawabannya bisa ya sekaligus tidak. Eksistensi media sama halnya dengan teknologi lain seperti koin yang memiliki dua sisi. Media membawa pengaruh yang baik juga membawa ancaman. Pengaruh media juga semakin besar seiring media berevolusi.

Evolusi media sangat berpengaruh terhadap sistem penyaluran informasi. Contohnya eksistensi media cetak dahulu membawa perubahan yang signifikan dalam hal pemberitaan dan pendidikan. Akibat dari adanya media cetak tersebut, budaya menulis berkembang cukup pesat. Namun karena budaya menulis berkembang, perlahan budaya oral memudar.

Dari sini terlihat ada pergeseran budaya lama dengan budaya baru. Dalam budaya oral orang biasanya menyampaikan informasi dari mulut ke mulut,dan dalam budaya cetak berganti dengan pemberitaan secara tertulis seperti koran.

Pergeseran budaya oral memberikan dampak pada konsep berpikir masyarakat oral. Awalnya, dalam budaya oral pendidikan cenderung menuntut si murid untuk mengingat pelajaran yang diberikan, kemudian aktivitas mengingat itu tergeser oleh buku. Ada poin positif di mana penyaluran informasi dapat menjangkau tempat yang lebih jauh dan konten atau argumen yang lebih beragam, namun kemampuan manusia dalam hal mengingat berkurang dikarenakan eksistensi tulisan sebagai “obat lupa.” Begitu tren budaya menulis benar-benar menggeser budaya oral, aktivitas membaca meningkat pesat dan banyak orang terliterasi. Mereka memiliki pengetahuan lebih dibandingkan orang-orang budaya oral.

Hal seperti tadi terulang karena evolusi media digital. Dewasa ini, orang-orang menghabiskan waktu lebih banyak di media sosial dibandingkan membaca buku. Jelas kiranya ada pergeseran budaya setiap kali media berevolusi. Budaya membaca yang dibawa oleh tulisan tergeser oleh budaya tekno yang dibawa media digital.

Sebagaimana yang sudah dibahas jangkauan informasi pada media sosial dapat menjangkau lebih luas dan lebih cepat daripada buku. Artinya, setiap kali media berevolusi distribusi informasi juga semakin luas dan cepat.

Kemudian, bagaimana kualitas informasi yang luas dan cepat itu? Apakah evolusi media digital membawa informasi yang lebih berkualitas daripada sebelumnya? Nampaknya kualitas informasi yang disajikan media digital terlalu acak untuk dinilai, sebab informasi pada media digital terlalu banyak, kompleks, dan tidak terstruktur.

Big Data dan Kebingungan

Informasi yang sangat banyak, rumit, dan tak terstruktur itu sulit untuk ditangani disebut sebagai big data. Informasi yang disajikan media digital terlalu acak untuk dinilai kualitasnya dan dapat menciptakan kebingungan bagi penggunanya dalam menyerap informasi yang tersedia.

Hal ini jauh lebih buruk ketika sang pengguna merupakan remaja labil yang kondisi psikisnya kurang stabil. Remaja ini seolah akan mengapung tanpa arah di Internet akibat big data yang seperti ini.

Jika urgensi seperti ini kurang menarik perhatian justru akan sangat berbahaya dalam hal absorbsi informasi para remaja di Internet. Proses penyerapan ini berpengaruh akan kualitas informasi untuk kebutuhan kognitif manusia, khususnya remaja. Jika prosesnya menyerap informasi kualitas rendah, maka pemikiran yang dihasilkan atas dasar informasi tadi juga sederhana.

Atas dasar kekhawatiran inilah timbul sebuah pertanyaan, jika pada era media tulis berhasil mencerahkan banyak orang dengan bacaan, lantas bagaimana media digital meliterasi orang dengan big data itu?

Sebagaimana yang sudah disebutkan tadi bahwa penyerapan informasi berpengaruh terhadap  kualitas kognitif yang dihasilkannya, maka diperlukan kemampuan bagi pengguna media digital untuk memilah informasi yang diperlukan. Hal seperti ini hanya dapat ditangani oleh individu itu sendiri. Sebab, setiap orang memiliki pikiran yang berbeda sehingga informasi yang diperlukan mestilah berbeda.

Kemudian menjadi sebuah keharusan untuk remaja mengelola informasi yang ada supaya dapat mendapatkan paparan informasi yang tepat. Namun bagi remaja, media digital hampir seperti realitas kedua dari eksistensi mereka. Faktanya mayoritas remaja menghabiskan waktunya dalam ruang publik virtual yang disediakan oleh platform sosial media seperti Twitter, Instagram, Facebook, dan lainnya. Sehingga, informasi yang disalurkan terlalu banyak untuk dikelola satu remaja.

Hal ini akan menimbulkan kebingunan dan dapat berujung pada ‘information overload’. Tetapi, jika remaja menghabiskan waktunya untuk media sosial kapankah waktu mereka untuk berpikir dan memilah informasi yang diterima? Maka dari itu diperlukan strategi bagi remaja untuk mengembangkan kemampuan berpikir dengan teknologi media yang semakin mutakhir agar dapat mengeluarkan potensi teknologi untuk kepentingan manusia, terutama kemampuan berpikirnya dalam menyelesaikan masalah.

Berpikir Kritis

Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk menaklukan big data ialah konsep berpikir kritis. Dengan berpikir kritis, seseorang akan selalu curiga terhadap apa yang muncul di hadapannya. Bagi seseorang yang berpikir kritis, informasi akan diolah tidak hanya sekali, karena konsep berpikir ini tidak hanya melihat sesuatu pada aspek yang terlihat, tetapi juga apa yang tersembunyi, dan ketidak-konsistenan yang ada (premis, argumen, metafora, dan lain-lain).

Media digital menyajikan informasi secara visual sehingga terkadang dibutuhkan kejelian terhadap apa yang terlihat. Penyajiannya cenderung mengambil bentuk yang gemerlap supaya terlihat menarik. Proses penggemerlapan ini akan memberikan hijab bagi unsur yang tidak konsisten. Selain itu, penggemerlapan ini dapat membuat seseorang adiktif pada satu jenis informasi.

Proses demikian juga digunakan untuk komersialisasi budaya populer. Sebagai contoh seorang pengguna sosial media yang kerap mengakses informasi tentang hal-hal yang berbau K-pop akan dibanjiri informasi yang relevan dengan K-pop dan kecanduan merupakan akibatnya. Filter bubble dan glittering information salah satu rumusan yang manjur untuk menghasilkan sesuatu yang adiktif. Konsep berpikir kritis akan membantu seseorang menghindari kecanduan terhadap sesuatu. Sehingga informasi yang diserap dapat berguna kedepannya untuk perkembangan diri remaja.

Linguistik Terapan 

Selain konsep berpikir kritis, linguistik terapan seperti semantik atau semiotik juga perlu dipelajari. Karena untuk mengungkap suatu yang tidak konsisten pada teks diperlukan alat seperti kedua ilmu ini. Dalam hal ini remaja atau santri yang sudah terbiasa belajar literatur Arab akan lebih mudah dalam mempraktikkannya.

Praktik literatur Arab seperti ilmu nahu memiliki sifat analitik sehingga pembaca harus memahami tiap-tiap kedudukan partisi pada teks untuk mendapatkan makna teks tersebut. Hal yang serupa (bukan berarti sepenuhnya sama) digunakan juga dalam semantik ataupun semiotik. Konsep seperti ini sungguh berguna diterapkan pada saat berada di media sosial untuk mengungkap informasi apa yang sebenarnya terkandung dalam suatu pos.

Dengan kedua strategi tadi, penulis berharap dapat lebih bijak dengan eksistensi media digital saat ini. Sehingga apa yang dibayangkan oleh Orwell ataupun Huxley tidak terjadi.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan