LINDA YANG PUITIS

1,328 kali dibaca

LINDA YANG PUITIS

Sejak di tanah Sukorejo, puisi telah jadi teman hidup Linda; memasuki gerbang waktu —melihat liris telanjang bulan tanggal satu di langit yang piatu dengan kedua mata beralis rindu.

Advertisements

Linda adalah lindu bagi kalbu —wujud baku dari kata rindu. Linda adalah latar peta terhampar bagi langkah yang terdampar, agar bangkit segera meraih damar, mengejar camar ke jazirah belukar

Hari berikutnya, puisi jatuh sebagai biji kemilau ke dalam dirinya yang limau, berdaun rasa, berbunga cinta, menandai datangnya musim dengan hujan kata-kata;

Dan ah! Setiap dada akan basah olehnya; Linda yang dara, diam bertengger di ranting jiwa, menyanyikan asmaraloka, sepanjang tiupan angin ternggara menggenapi keganjilan daun kelapa.

—dari hujan kata-kata itu pula setiap sungai mencipta arus sendiri ke muara hati, membagi ikan-ikan putih dan seucap janji, dan para penyair jadi pemancing setia di tepinya, merangkkum mimpi-mimpinya ke utas senar yang menjerat joran; berharap sekali tarik, ada ikan rasa di kail tua sebagai ilham bagi puisi-puisinya.

Sepulang ke Bondowoso, Linda sudah jadi puisi, memberi rima bagi tiap suara —tartil yang menggemakan kidung pesantren ke cuping telinga dalam kuncup waktu yang putih susu. Sudah jadi puisi yang melukiskan tipografi cinta dalam bait lekukan yang mendekap setiap kebaikan.

Linda yang puitis, dibaca langit dan bumi, matahari dan bulan hanyut dalam baitnya., laut dan segala isinya merangkai iktidal sederhana dari ritus sembahyang kapal yang beranjak ke dermaga—menepikan sebentuk nama; LINDA.

Sumenep, 4 November 2021.

SAJAK SEDERHANA BUAT ALMARHUM LORA DHOFIR

Kamis pagi itu, namamu dalam urutan waktu, tiba di batas tak terlintas, mencipta kepergian yang sesungguhnya adalah kehidupan.

Kau sebagai daun yang jatuh jadi duka hutan, jari ranting lekat di dada pohon yang luka, mengiringimu dengan sebenar-benarnya air mata.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan