Kiai Asep Saifudin, Totalitas untuk Pendidikan Santri

3,541 kali dibaca

Pondok Pesantren Amanatul Ummah yang berpusat di Surabaya, Jawa Timur, kini telah berkembang menjadi salah pesantren terbesar dan paling maju di Indonesia. Mengintegrasikan kurikulum pendidikan nasional dan kurikulum Universitas Al Azhar Mesir, sistem pendidikan di Pesantren Amanatul Ummah diarahkan untuk bisa menyesuaikan diri dengan dinamika zaman.

Alhasil, di pesantren yang telah memiliki lebih dari 10 ribu santri ini, para santrinya telah mampu “melompat lebih tinggi”, dengan menimba beragam bidang keilmuan di berbagai perguruan tinggi, baik di dalam maupun luar negeri. Mulai jurusan desain tata letak kota, kimia murni, fisika terapan, kedokteran, minyak dan pertambangan, agama, dan jurusan lainnya.

Advertisements

Keberhasilan Pesantren Amanatul Ummah tidak lepas dari sentuhan tangan dingin sang pengasuh pesantrennya, Prof Dr KH Asep Saifudin Chalim MA. Sosok Kiai Asep menjadi figur sentral perkembangan pesantren ini, terlepas dari sistem pendidikan apa saja yang diterapkan. Setiap pagi bakda Subuh beliau selalu memotivasi santri untuk memiliki cita-cita yang tinggi dan mulia dan menjadi manusia yang berguna bagi nusa bangsa dan agama.

Kiai Asep adalah figur yang kompleks. Beliau memiliki intelektualitas yang tinggi, dikenal oleh berbagai kalangan, dan memiliki kemapanan ekonomi. Asetnya sangat banyak, tetapi beliau merupakan salah satu sosok yang paling dermawan yang pernah saya kenal. Beliau tak pernah menyesal hartanya dihibahkan kepada mereka yang datang ke ndalemnya untuk meminta pertolongan. Kondisi demikian tidak ujug-ujug didapatkan. Ada sebuah kondisi di mana Kiai Asep diterpa dengan kekurangan, kemiskinan, kesusahan, payah, lelah, dan putus asa namun mampu bangkit berdiri tegak hingga akhirnya mendirikan Pesantren Amanatul Ummah dengan jumlah santri kurang lebih 10 ribu orang yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia.

Dalam tulisan ini saya ingin mengisahkan kembali pengalaman sang tokoh. Bagaimana Kiai Asep terseok-seok dalam kondisi yang serba susah. Sebuah kondisi tepat berada di garis kemiskinan. Betapa tidak, untuk makan satu porsi saja harus berjuang berjalan ke sana ke mari mengamalkan ilmunya pada lembaga pendidikan di Pasuruan. Tidak banyak referensi tentang bagaimana aktivitas Kiai Asep sejak menjadi mahasiswa di perguruan tinggi. Namun, Kiai Asep dengan kesungguhan serta tekad membaja mencoba bangkit dari ketidakmampuan ekonomi untuk bisa mengenyam pendidikan layaknya mahasiswa pada umumnya.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan