Khidmat, Haul Masyaikh Pesantren Annuqayah

2,297 kali dibaca

Selasa, 23 Februari 2021, bertempat di Madrasah Mambaul Ulum Gapura Sumenep, Madura, dilaksanakan kegiatan Haul Masyaikh Pondok Pesantren Annuqayah. Acara ini diinisiasi oleh Ikatan Alumni Annuqayah (IAA) Kecamatan Gapura bekerja sama dengan masyarakat sekitar.

Di dalam sambutannya, Ketua Panitia Pelaksana Haul Abd Raziq, mengatakan, kegiatan Haul Masyaikh Annuqayah ini terlaksana sebagai bentuk kegelisahan atas kondisi alumni Annuqayah yang kurang peduli terhadap kegiatan IAA. Maka, atas izin dari para masyaikh Annuqayah, pengurus IAA Gapura mencoba mengadakan sebuah acara untuk menggugah kepedulian alumni berupa Haul Masyaikh Annuqayah.

Advertisements

Acara Haul Masyaikh Annuqayah sudah jauh dirancang sebelumnya dengan cara menyebarkan flayer di grup-grup WA. Hal ini dimaksudkan agar alumni dapat menyempatkan diri turut serta dalam kegiatan ini. Dan memang terbukti adanya flayer tersebut dapat apresiasi yang cukup luas, hingga banyak alumni mempunyai kesempatan hadir meskipun dari tempat yang cukup jauh.

 

Acara Haul Masyaikh Annuqayah ini dihadiri oleh alumni, khususnya alumni Kecamatan Gapura, termasuk juga masyarakat yang bersimpati, serta alumni dari Kecamatan Batang-Batang dan Kecamatan Batuputih. Haul Masyaikh Annuqayah ini cukup mendapat apresiasi dari para alumni, terbukti dengan kehadiran mereka yang tidak kurang dari tiga ratusan orang.

Sementara, dari pihak pondok diwakili oleh para pengasuh generasi saat ini yang masih cukup muda, seperti KiNai aqib Hasan, Kiai Ainul Yaqin Bashir, Kiai M Faizi, Kiai Ali Fikri Warits, dan Kiai Muhammad Shalahuddin Warits. Mereka memenuhi undangan panitia sebagai perwakilan dari para masyaikh Annuqayah. Acara diawali dengan pembacaan tahlil dan doa yang dipimpin Kiai Naqib Hasan.

Setelah tahlil, Ustadz Abdul Latif Anwar memberikan sambutan sebagai tuan rumah. Dalam sambutannya, ia menegaskan bahwa Haul Masyaikh Annuqayah ini sebagai bagian dari ungkapan terima kasih kepada para pengasuh Pesantren Annuqayah.

“Karena saat kita menimba ilmu pengetahuan di sana, segala upaya pengasuh dicurahkan agar para santri (yang sekarang sudah alumni), mendapatkan ilmu yang berkah, bermanfaat untuk diri sendiri dan masyarakat,” demikian Ustadz Latif menjelaskan.

Ia melanjutkan, maka sudah sangat niscaya bahwa mengadakan Haul Masyaikh merupakan bentuk ungkapan terima kasih, meskipun hal tersebut pasti belum sebanding dengan apa yang telah dilakukan oleh para masyaikh terhadap kita sebagai santri.

Ustadz Latif Anwar juga menceritakan bawa suatu ketika kiai di Annuqayah diminta doa oleh seorang santri. Jawaban kiai adalah, “Santri tanpa diminta pun sudah didoakan yang terbaik oleh para masyaikh.” Menurutnya, hal itu merupakan bentuk kepedulian para pengasuh di lingkungan Pesantren Annuqayah. Selebihnya, Ustadz Latif juga membacakan beberap larik puisi yang judulnya “Bermakmum di belakang Kiai.” Intinya, seorang santri tetap mengikuti langkah terbaik yang telah dicontohkan oleh para pengasuh.

Berikutnya adalah acara inti, yaitu tausiyah atau mauidzah hasanah, yang dalam hal ini diwakili oleh Kiai M Faizi, salah satu pengasuh Pesantren Annuqayah daerah Sabajarin (Al-Furqan). Dalam tausiyahnya, Kiai Faizi menjelaskan terkait histografi berdirinya Pondok Pesantren Annuqayah. Dijelaskan bahwa Kiai Syarqawi merupakan peletak dasar berdirinya pesantren ini.

Semula, Pesantren Annuqayah bernama Pondok Guluk-Guluk, diambil dari nama desa tempat pesantren ini berdiri. Baru pada generasi berikutnya, K Khazin bin Ilyas memberi nama Pesantren Annuqayah. Nama ini diambil dari nama sebuah kitab, yang di dalamnya memuat 14 disiplin ilmu, mulai dari ilmu fikih, tauhid, kaidah bahasa Arab, ilmu ma’ni, ilmu faraid, anatomi tubuh manusia, dan lain sebagainya. Kitab ini, manurut Kiai Faizi, menjadi landasan kurikulum bagi umat Islam.

Tausiyah yang dibawakan dengan penuh kekeluargaan ini juga menjelaskan bagaimana politik jaringan sangat diperlukan dalam mencapai target suatu pengajaran. Jadi, dengan cara memperluas jaringan, menikahi seseorang yang mempunyai martabat kelembagaan, atau demi keberlangsungan dakwah, menurut pengasuh yang juga sastrawan ini, dengan nada humoris, mengatakan sebagai term (kaidah) cocokologi, yang disambut gelak tawa oleh para hadirin. Cocokologi adalah kaidah persoalan yang dipaksa cocok agar sesuai dengan yang kita inginkan.

Selanjutnya, Kiai M Faizi juga menyinggung soal riyadhah (keseharian ibadah) dari Nyi Aisyah, generasi terakhir dari kalangan sesepuh. Bahwa Nyi Aisyah senantiasa membaca Al-Quran dan pasti khatam dalam sepekan (7 hari). Di samping itu, Nyi Aisyah juga mempunyai riyadhah (kebiasaan) memulai ibadah puasa dua bulan sebelum Ramadan. Sehingga, Nyi Aisah melakukan puasa selama tiga bulan berturut-turut hingga Ramadan berakhir. “Saya tidak bisa mengikuti riyadhah yang seperti ini,” kata Kiai Faizi disambut gelak tawa para undangan.

Kiai Faizi juga membahas soal cara meminimalisasi suatu perbedaan di kalangan masyarakat. Salah satunya adalah harus banyak melakukan pertemuan. Maka, dari sejak periode awal hingga saat ini, di Pesantren Annuqayah selalu diadakan pertemuan di kalangan pengasuh. Acara ini dilaksanakan setiap selesai salat Jumat. Pertemuan biasanya berlangsung secara informal. Dalam bahasa Kiai Faizi disebut persantaian, suatu kondisi yang tidak terlalu serius, “Dan tentu saja disertai dengan jamuan kopi,” demikian menurut Kiai Faizi sambil tersenyum lebar.

Akhir dari Haul Masyaikh Annuqayah adalah pembacaan doa oleh KH Ali Fikri Warits tepat jam 15.50 WIB. usai doa, alumni saling bersalaman dengan masyaikh Annuqayah yang hadir. Acara ini terbilang sukses karena hingga acara berakhir, para undangan tetap semangat dalam mengikuti setiap acara yang ada. Tentu saja, sebagaimana harapan ketua panitia, bahwa acara haul ini akan menggugah para alumni untuk tetap solid dalam membangun kerja sama untuk kemajuan Islam secara kaffah. Wallau A’lam! 

Multi-Page

Tinggalkan Balasan