Khat Diwani, Sejarah dan Perkembangannya

23,369 kali dibaca

Apabila melihat tulisan di atas, mungkin sukar bagi kita untuk membaca atau bahkan memahaminya. Tulisan yang bersifat kursif, tersusun dengan huruf tanpa titik, saling berpadu antara satu huruf dengan huruf lainnya, dan tanpa adanya tanda huruf hidup atau syakal. Tulisan seperti ini dikenal dengan nama khat diwani.

Dinamakan diwani karena nisbah kepada kantor-kantor (diwan) pemerintah di mana tulisan itu digunakan. Dan dari dewan-dewan pemerintahan itulah khat diwani ini menyebar ke seluruh kalangan masyarakat pada saat itu.

Advertisements

Pada mulanya khat ini hanya diciptakan untuk menyalin berbagai ketetapan dokumen dan buku-buku resmi negara. Tetapi, di masa modern saat ini, gaya kaligrafi ini digunakan untuk menulis sertifikat hingga berfungsi sebagai alat dekorasi.

Khat atau tulisan diwani adalah salah satu gaya khat yang diciptakan oleh masyarakat Turki Utsmani. Peletak dasar-dasar kaidah dan ukuran huruf-hurufnya adalah Ibrahim Munif. Kaligrafi diwani ini sempat menjadi “rahasia” kerajaan, yang hanya diketahui oleh sultan dan para juru tulisnya. Kemudian, tulisan ini mulai populer setelah penaklukan kota Konstatinopel oleh Sultan Mehmed II atau yang dikenal dengan sebutan Sultan Muhammad al-Fatih tahun 875H.

Di kemudian waktu, tulisan jenis ini disempurnakan oleh Menteri Ahmad Syahlan Basya, dan ia juga yang berjasa mempopulerkannya di kalangan masyarakat Turki Usmani pada saat itu. Selanjutnya, kaligrafi diwani membentuk aliran tersendiri, melalui seorang kaligrafer bernama Muhammad Izzat At-turki yang mempunyai gaya dan cara penulisan yang unik.

Setelah menyebar ke berbagai wilayah Turki Usmani, tulisan ini mulailah berkembang. Di Mesir, kaligrafi ini dikembangkan oleh Mahmud Syukri Basya Al- Misri, seorang dewan kerajaan Turki Usmani di Mesir. Dari Mahmud Syukri ini, muridnya yang bernama Musthafa Ghazlan Bik, akan membawa kaligrafi diwani ke puncak keindahannya dengan membuat metode baru dalam penulisan kaligrafi diwani, yang berbeda dengan pendahulunya, yaitu Muhammad Izzat at-Turki.

Metode baru yang dikembangkan oleh kaligrafer bernama Ghazlan Bik ini hampir-hampir membuat kaligrafi ini disebut “kaligrafi Ghazlaniy”. Dengan demikian, ada dua metode dalam kaligrafi khat diwani ini.

Pertama, metode Muhammad Izzat At-Turki yang kemudian waktu dikenal dengan metode Utsmani, dengan ciri-ciri tulisan yang lebih rapat, ukuran huruf yang kecil sama seperti riq’ah dan sangat patuh pada garis.

Kedua, metode Ghazlan Bik yang lebih dikenal dengan metode Mesir dengan ciri tulisan yang lebih renggang serta bebas dan tidak patuh terhadap garis.

Dari kedua metode ini lalu muncullah seorang kaligrafer yang bernama Muhammad Hasyim Al- Bagdadi yang menggabungkan dua metode, yaitu metode Muhammad Izzat dan metode Ghazlan Bik. Metode ini di kemudian hari dikenal dengan metode Irak.

Dalam perkembangannya, kaligrafi diwani ini terbagi kepada tiga bentuk. Bentuk pertama adalah Khat Diwani ‘Adi. Diwani ‘Adi merupakan gaya khat yang biasa tampil (‘adi) sesuai dengan struktur tulisan sehingga mudah dibaca. Ciri tampilannya tampak pada kaki-kaki tulisan yang umumnya berbaris datar sehingga pucuk-pucuk huruf bergelombang dinamis.

Bentuk kedua adalah Khat Diwani Mutarabit. Gaya diwani ini merupakan diwani yang huruf-huruf dan rangkaian katanya saling berjalin atau bersilangan (mutarabit) satu sama lain. Kaligrafer yang mempopulerkan gaya penulisan Diwani Mutarabit ini adalah Ghazlan Bik. Dan ia menjadi tokoh utama dalam penulisan diwani gaya Mutarabit ini, sehingga gaya penulisan Ghazlan Bik dijadikan acuan bagi kaligrafer yang akan sesudahnya.

Terakhir, bentuk ketiga adalah Khat Diwani Jali. Diwani Jali diciptakan oleh Syahlan Pasha dari Turki Utsmani dan merupakan pengembangan dari Diwani Adi. Kata “jali” sendiri berarti jelas, kejelasan tersebut tampak pada detailnya syakal yang penuh di dalamnya disertai dengan titik-titik kecil di setiap hurufnya. Tujuan diciptakannya Diwani Jali ini untuk menuliskan peraturan-peraturan kesultanan dan surat-surat keluar negeri pada masa dinasti Turki Utsmani ketika itu.

Multi-Page

One Reply to “Khat Diwani, Sejarah dan Perkembangannya”

Tinggalkan Balasan