KH Husein Muhammad (1): Penafsir Baru Pemikiran Islam

2,073 kali dibaca

Sosok KH Husein Muhammad dikenal sebagai sedikit dari ulama Indonesia berpikiran modern-progresif. Tak jarang pikiran-pikirannya mengundang kontroversi. Salah satunya karena kegigihannya mendobrak dogma-dogma agama yang diskriminatif. Siapa sesunggugnya KH Husein Muhammad?

Kiai Husein, demikian sapaan akrabnya, berasal dari tradisi pesantren. Dilahirkan di Cirebon, Jawa Barat, pada 9 Mei 1953, sejak kecil Kiai Husein belajar agama kepada kakeknya sendiri, yaitu Kiai Syathori. Kiai Syathori adalah pendiri Pondok Pesantren Dar at Tauhid Arjawinangun, Cirebon.

Advertisements

Meskipun lahir dan dididik di lingkungan keluarga agamis dan berbasis pesantren, Kiai Husein seperti halnya anak-anak di usianya, masih mengenyam pendidikan formal di SD, kemudian melanjutkan di SMPN 1 Arjawinangun.

Setelah lulus Kiai Husein melanjutkan pendidikannya di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur dari tahun 1969 sampai 1973. Di sini Kiai Husein mendalami ilmu-ilmu agama dan kitab-kitab kuning klasik. Kemudian Kiai Husein memperdalam ilmu Al-Quran di Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an (PTIQ) di Jakarta selama lima tahun.

Setelah lulus dari PTIQ, pada tahun 1980, Kiai Husein melanjutkan pendidikannya untuk mendalami telaah tafsir ilmu Al-Quran di Universitas Al-Azhar, Mesir. Di sana, Kiai Husein belajar banyak dengan sejumlah syeikh di Majma’ al-Buhuts al-Islamiyyah yang dimiliki oleh Universitas Al-Azhar.

Secara formal, di institusi ini KH Husein Muhammad berkenalan dengan pemikiran-pemikiran Islam modern yang dikembangkan oleh Muhammad Abduh, Ali Abdur Raziq, Muhammad Iqbal, dan lainnya. Kiai Husein juga berkenalan dengan pemikiran-pemikiran Barat seperti Sartre, Goethe, dan lainnya.

Setiba di Tanah Air, Kiai Husein memutuskan meneruskan perjuangan kakeknya untuk mengembangkan Pondok Pesantren Dar al-Tauhid. Untuk itu, Kiai Husein terbilang memiliki bekal keilmuan yang cukup dari pengalamannya belajar di Pondok Pesantren Lirboyo, PTIQ Jakarta, sampai di Al-Azhar.

Dengan latar pendidikan seperti itu, di sela kesibukannya mengembangkan pesantren yang diasuhnya, Kiai Husein juga aktif menyuarakan kepentingan masyarakat yang tertindas oleh suatu sistem yang tidak adil. Ia meyakini bahwa tujuan agama adalah memberikan rahmat bagi seluruh alam tanpa ada unsur diskriminasi atas yang lain.

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan