KH Abdul Chalim, Tokoh Besar yang Tak Gemebyar

7,813 kali dibaca

Tercatat sebagai satu dari 13 tokoh pendiri Nahdlatul Ulama (NU), nama KH Abdul Chalim tak segemebyar tokoh-tokoh lainnya dalam catatan sejarah dan ingatan kolektif masyarakat Indonesia, khususnya warga nahdliyin. Padahal ia memiliki peran penting tak hanya di balik berdirinya NU, tapi juga dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Kesederhanaan dan rendah hati, begitulah sosoknya.

Saat jamiyah NU didirikan di Surabaya pada 1926, KH Abdul Chalim duduk sebagai Katib Tsani pada kepengurusan Pengurus Besar NU periode pertama. Dengan kedudukannya itu, ia menjadi partner kerja KH Abdul Wahab Hasbullah, salah satu ulama paling berpengaruh saat itu. Saat itu, KH Hasyim Asy’ari sebagai Rais Akbar, KH Ahmad Dahlan Ahyad sebagai Wakil Rais Akbar, KH Abdul Wahab Hasbullah sebagai Katib Awal, dan KH Abdul Chalim menjadi Katib Tsani (atau Sekretaris Dua).

Advertisements

Siapa sesungguhnya KH Abdul Chalim hingga namanya tak banyak menghiasi halaman buku sejarah dan kurang dikenal dalam ingatan kolektif masyarakat? Padahal, ia punya peran penting atas terselenggaranya Komite Hijaz pada 31 Januari 1926 yang kemudian melahirkan NU, ormas Islam terbesar di Indonesia.

Ia dilahirkan di Kecamatan Leuwimunding, Majalengka, Jawa Barat, pada 1898 tanpa catatan tanggal kelahiran. Karena lahir di Leuwimunding, ia kemudian lebih dengan nama KH Abdul Chalim Leuwimunding. Ayahnya Kedung Wangsagama, seorang kepala desa yang sangat disegani warganya. Ibu bernama Nyai Satimah. KH Abdul Chalim pernah menikah dengan empat orang perempuan dan memiliki 21 putra-putri, salah satunya adalah KH Asep Saifuddin Chalim, pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah yang juga Ketua Umum pengurus Pusat Persatuan Guru NU (Pergunu).

Berdasarkan penjelasan KH Asep Saifuddin, istri pertama KH Abdul Chalim adalah Nyai Hj Nur. Dari pernikahan pertama ini, KH Abdul Chalim dikaruniai seorang anak yang diberi nama Siti Rahmah. Kemudian, KH Abdul Chalim menikah dengan Nyai Mahmudah asal Cilimus, Kuningan dan melalui pernikahan ini dikaruniai beberapa anak, yakni Nyai Hj Chomsatun, Nyai Hj Mafruchat, Agus Hafidz Qawiyyun, Nyai Rofiqoh, HAhmad Mustain, Nyai Nashihah, dan Mustahdi Chalim. Setelah itu, KH Abdul Chalim menikah dengan Nyai Siti Qana’ah asal Plered, Cirebon yang kemudian dikaruniai tujuh anak, yaitu Nyai Humaidah, Nyai Muntafiah, Nyai Hudriah, H Mustafid Chalim, Nyai Farikhah, Nyai Halimah, dan KH Asep Saifuddin. Kemudian, istri terakhirnya adalah Nyai Hj Siddiqoh melahirkan seorang putri bernama Siti Halimah.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan