Kesederhanaan Santri dan Kreativitasnya

482 kali dibaca

Dalam dinamika Islam di Nusantara, pesantren telah menunjukkan kontribusi yang sangat singnifikan. Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang cukup efektif. Dikatakan demikian, karena setidaknya pesantren memiliki durasi waktu pengajaran yang lebih panjang jika dibanding dengan lembaga pendidikan yang lain.

Gaya hidup yang sederhana menjadi salah satu ciri khas pesantren. Walaupun dalam perkembangannya  terdapat pesantren dengan fasilitas yang cukup mewah, namun secara umum kehidupan di pesantren tetap sederhana, dan itu telah menjadi gaya hidup santri, menjadi ciri khas santri.

Advertisements

Hidup dalam kesederhanaan ternyata mampu mendorong santri memikirkan bagaimana cara mendapatkan solusi dari berbagai hambatan. Tanpa disadari, seorang santri mampu menemukan cara-cara baru dalam memecahkan suatu permasalahan.

Hal tersebut yang akhirnya dapat membentuk karakter yang kreatif dan inovatif. Kreatif, yaitu karakter yang cerdas dan kaya akan ide sehingga selalu menemukan solusi dari berbagai tantangan. Kata kreatif seringkali disandingkan dengan inovatif. Hal tersebut dikarenakan kreatif memiliki keterkaitan erat dengan inovasi. Inovasi adalah penemuan baru yang berbeda dari sesuatu yang telah ada sebelumnya.

Keserhadaan hidup di pesantren dapat terlihat dari beberapa aspek. Di antara aspek tersebut, salah satunya fasilitas tempat tinggal. Pesantren biasanya menyediakan kamar dengan ukuran terbatas yang harus ditempati oleh sejumlah santri. Kamar dengan ukuran tiga kali empat meter, misalnya, bisa ditempati oleh belasan bahkan puluhan santri.

Jika dipikir secara rasional, seakan tidak masuk akal. Bagaimana mungkin tempat sesempit itu cukup untuk ditempati manusia dengan jumlah yang cukup banyak. Mestinya muncul pertanyaan, bagaimana nanti tidurnya? Bagaimana cara menjaga agar kamar bisa tetap bersih dan nyaman ditempati oleh seluruh anggotanya?

Dari permasalahan keterbatasan tempat tersebut akhirnya muncul ide baru. Misalnya terkait penataan ruang kamar dan penataan formasi tidur santri. Keterbatasan tempat tersebut terkadang menjadikan suasana menjadi terasa sumpek. Ditambah lagi, pondok putri yang tempatnya lebih tertutup dan minim ventilasi menyebabkan udara di kamar terasa panas. Pada situasi tersebut, adanya pendingin ruangan sangat dibutuhkan. Padahal, di pesantren tidak diberikan fasilitas kipas angin pada setiap kamar, apalagi AC. Mungkin ada, pada beberapa pesantren tertentu, namun secara umum tidak.

Dari persoalan tersebut, muncul ide dan inovasi baru. Inovasi unik santri yang pernah ditemukan, yaitu dengan cara membuat kipas dari gantungan baju/hanger besi yang dikombinasikan dengan lakban. Cara membuatnya dengan membentuk hanger tersebut seperti bentuk kerangka kipas. Bagian yang biasanya difungsikan sebagai cantolan dibengkokkan menjadi bulat agak lonjong sebagai pegangan kipas. Lalu setelah kerangka kipas tersebut jadi, bagian tengahnya dikasih lakban hingga memenuhi kerangka kipas tersebut. Jadilah kipas hasil inovasi ala santri.

Peraturan yang cukup ketat di pesantren terkadang juga mendorong seseorang untuk berinovasi, misalnya dalam hal pembatasan elektronik. Pada umumnya, pesantren mempunyai kebijakan tidak memperbolehkan para santri membawa maupun mengoprasikan smartphone. Padahal, akses smartphone.sebenarnya sangat dibutuhkan. Keterbatasan akses tersebut tentu saja akan mendorong santri untuk mampu menemukan cara-cara baru dalam memecahkan suatu permasalahan. Misalnya, anak-anak santri tingkat madrasah ibtidaiyah yang suka main game ketika dijauhkan dengan akses gadget akan mencari cara lain agar bisa tetap bermain. Mereka biasanya mencari dan memanfaatkan barang yang ada dan menyulap menjadi mainan.

Contoh yang pernah dijumpai, yaitu pada permainan ular tangga yang mereka buat sendiri dengan kertas yang didesain sendiri dengan gambar dan motifnya. Lalu, dadu yang terbuat dari penghapus yang dipotong sesuai ukuran dadu dan dikasih gambar titik-titik.

Contoh lain yang masih terkait dengan pembatasan elektronik adalah setrika. Di pesantren, pemakaian setrika sangat terbatas. Mungkin hanya disediakan dua atau tiga buah setrika yang diperuntukkan bagi semua santri. Secara otomatis, waktu penggunaannya sangat terbatas. Dalam situasi tersebut, santri didorong mencari ide untuk menemukan solusi.

Hal unik yang pernah ditemukan adalah memanfaatkan bantal. Jadi, sebelum tidur baju yang harus disetrika tersebut diletakkan di bawah bantal. Lalu, ketika bangun baju tersebut diambil. Kalau ingin hasil yang lebih baik, proses tersebut dilakukan beberapa kali. Maksudnya, tidak hanya satu malam, tapi harus beberapa malam. Mungkin kebiasaan itu terdengar aneh dan unik bagi yang belum pernah mencoba, tetapi tidak bagi pagi para santri. Hal yang seperti itu sudah biasa di kalangan santri, sebagaimana kata pepatah tiada rotan, akar pun jadi.

Di pesantren, selain kegiatan mengaji dan belajar, juga terdapat kegiatan-kegiatan lain yang berperan dalam pembentukan karakter santri. Di antara kegiatan yang membentuk karakter kreatif dan inovatif yaitu kegiatan khiṭabah, atau terkadang ada yang menyebut khiṭabiyah. Pada kegiatan tersebut, santri diminta untuk mempersembahkan pidato dan beberapa penampilan lain, seperti puisi, menari, talkshow, fashionshow, dan lain sebagainya.

Kegiatan tersebut sangat mengasah ide para santri. Dalam keterbatasan fasilitas, para santri biasanya memanfaatkan barang-barang seadanya yang disulap menjadi kreasi hiasan yang indah. Misalnya, membuat hiasan bunga dari kantong plastik yang tidak terpakai. Kemudian, terkait busana untuk para santri yang bertugas, juga dibuat dengan bahan yang seadanya, misalnya membuat gaun dari koran untuk anak yang akan tampil fashionshow.

Terkadang, masih ditemukan orang tua yang khawatir menyekolahkan anaknya di pesantren, karena takut nanti hanya bisa mengaji saja. Padahal, pada kenyataannya tidak demikian. Banyak hal di pesantren yang menunjang pembentukan karakter kreatif dan melatih kedisiplinan santri.

Begitulah, dengan kesederhanaannya, pondok pesantren telah sukses menunjukkan perannya dalam mendidik karakter santri.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan