Kemiskinan, Agama, dan Karl Marx

1,591 kali dibaca

Selain ketamakan para penguasa, hal yang sangat sulit untuk dihilangkan adalah kemiskinan. Bahkan, dapat dikatakan bahwa siapa pun yang hidup di dunia ini dan ia mengingkari fenomena kemiskinan, maka ia telah melawan takdir Tuhan.

Jika ditelisik jauh dari zaman kenabian, hingga nanti menjelang hari akhir pun, kemiskinan akan senantiasa menjamur di muka bumi. Fenomena ini akan selalu hadir di tengah masyarakat, dan tak bisa ditolak. Namun, sangat bisa untuk dikurangi jumlahnya (kemiskinan), jika negara beserta instrumennya berusaha dengan sangat sungguh-sungguh. Agaknya tak ada yang bercita-cita untuk hidup dalam keadaan susah, apalagi menjadi miskin di zaman modern seperti ini.

Advertisements

Dalam masyarakat perkotaan, kita bisa melihat dengan nyata fenomena kemiskinan ini menjamur di pinggiran kota, perkampungan kumuh, kolong jembatan, dan deretan rumah sekitar rel kereta api, misalnya.

Setidaknya ada dua pendekatan yang bisa kita gunakan untuk melihat fenomena kemiskinan ini, yakni pendekatan struktural dan pendekatan kultural.

Pendekatan struktural akan menjelaskan bahwa menjamurnya fenomena kemiskinan disebabkan oleh kurangnya atau bahkan tidak adanya akses secara politik kekuasaan atas hak-hak mereka (masyarakat miskin) untuk menikmati kebijakan pembangunan yang dilakukan oleh sebuah negara.

Kebijakan yang dibuat oleh negara tidak dapat dinikmati oleh sebagian penduduk sehingga mereka tetap terisolasi, termarjinalkan atau terpinggirkan, serta terbelakang dalam mengakses pembangunan yang dilakukan oleh negara. Jika sudah demikian, masyarakat yang terpinggirkan akan terus berada dalam lingkaran kesulitan dalam akses pembangunan. Sehingga, tak ada dampak positif dari pembangunan yang dilakukan oleh negara bagi mereka yang selama ini termarjinalkan.

Dari penjelasan struktural tersebut dapat dikatakan bahwa adanya kemiskinan disebabkan oleh dampak kebijakan negara yang timpang. Artinya, negara juga mempunyai andil dalam menjamurnya kemiskinan. Selama kebijakan yang dibuat negara tidak memihak kepada kaum lemah, yang dalam Islam dikenal dengan sebutan kaum mustadhafin, maka selamanya mereka (mustadhafin) tidak akan mengalami peningkatan akses atas pembangunan.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan