Kekerasan dan Pengasuhan: Transformasi Generasi Anti-Kekerasan

262 kali dibaca

Ekstremisme dan terorisme tampaknya telah menjadi masalah yang persisten yang selalu menghadang perjalanan manusia sepanjang sejarah. Pada era klasik, kekerasan lebih sering muncul sebagai akibat dari persaingan akses terhadap sumber-sumber kehidupan seperti air dan makanan.

Selama abad pertengahan, kekerasan dan teror lebih banyak dipengaruhi oleh faktor politik dan teritorial. Namun, di era modern ini, faktor-faktor yang mendorong kekerasan dan teror menjadi terfragmentasi ke dalam multidimensi yang kompleks dan rumit.

Advertisements

Faktor ekonomi, politik, ideologis, bahkan teologi, semuanya dapat menjadi pemicu di balik maraknya kekerasan dan teror di abad ini. Ironisnya, fenomena kultur kekerasan dalam era modern ini tidak hanya terbatas pada satu kelompok tertentu, melainkan menyebar ke seluruh lapisan masyarakat, termasuk anak-anak dan remaja. Kekerasan di tingkat anak dan remaja sering kali dipicu oleh upaya mencari eksistensi dan identitas diri.

Kekerasan sering dianggap sebagai cara cepat untuk mendapatkan pengakuan dan validasi dari orang lain. Melibatkan diri dalam tindakan kekerasan menjadi semacam tren yang memuaskan dorongan egoisme dan narsisme.

Kultur kekerasan yang didasari oleh sikap ego dan narsisme ini terlihat dalam fenomena-fenomena seperti klithih di Yogyakarta, geng motor di berbagai kota besar, dan sejenisnya. Tindakan-tindakan tersebut menjadi bentuk ekspresi dari upaya untuk mencari perhatian dan pengakuan, bahkan jika itu berarti melibatkan kekerasan sebagai sarana untuk mencapai tujuan tersebut. Fenomena ini mencerminkan adanya kebutuhan manusia untuk diterima dan diakui, namun sayangnya dipilih jalur yang merugikan dan merugikan orang lain.

Peran Perempuan

Diskusi tentang kekerasan di kalangan anak dan remaja tak dapat dilepaskan dari permasalahan kepengasuhan dalam keluarga. Anak-anak yang menunjukkan perilaku agresif dan destruktif sering kali mencerminkan kurangnya kualitas pengasuhan dari orang tua dalam lingkungan keluarga. Kerap rapuhnya struktur keluarga menjadi kontributor utama terhadap fenomena kekerasan di kalangan anak dan remaja.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan