KEKASIH SEMUA ORANG

723 kali dibaca

KEKASIH SEMUA ORANG

Setelah lama dirundung musim kelabu
Bumipun bersemi
Langit berseri
Telah merekah mawar merah
Di haribaan cinta
Ia Diciptakan dari ringkasan cahaya
Diasuh oleh Jibril
Jiwanya adalah mata air
Jernih dan tenang

Advertisements

Wajahmu adalah sumber cahaya
Bagi terang matahari dan bulan
Menuliskan keelokanmu, kata-kata menjadi lumpuh
Menggambarkan keagunganmu, semua warna tak akan mampu
Keindahanmu tak terbahasakan
Namun cintamu terbaca semua orang

Dalam gelombang badai pasir dan keserakahan
Ia tuang sekujur dirinya
Kepada sepasang mata janda-janda
Yang hidupnya ditekuk keterasingan
Dalam ombak gersang dan ketamakan
Benih-benih ia semaikan
Di dada para budak belian
Yang kehendaknya cacat
Digigit melankoli

Berapa banyak hatimu yang telah kau rebus
Kami semua mendapat bagian yang sama
Kami semua dihujani cinta yang setara
Engkaulah kekasih semua orang
Di masa lalu dan masa depan

Berdarah dan nyeri, sama sekali tak ada arti
Meski mata gagak selalu mengintai
Berkali-kali ia rangkai potongan-potongan nestapa
Menjadi secarik kain revolusi
Dengan sabar dan kecermatan
Sempurnalah pakaian itu kini
Islam rahmatan lil ‘alamiin

Wonokromo, 2020.

TAGIHAN RINDU

Kunang-kunang melintas
Di atas kepala
Saat cahaya kecil-kecil memandikan dada kita

Malam menelanjangi segala rupa kesedihan, sayang
Hanya tinggal irisan tipis kabut subuh
Juga ceracau burung di atas dahan

Pagi ini rupanya bumi ingin keramas
Gigi-gigi gerimis bergemeletuk
Sementara matahari
menarik selimut kembali

Kekasih, pada gigil akhir pekan ini
Mari kita tuntaskan tagihan rindu:
Melengkapi cumbu yang rumpang
Memperbarui doa yang gamang

Wonokromo, 2021.

PUISI REMATIK

semalam, api menggelar seremoni di kepalamu
ingatan dijemput, dupa disulut
para kenangan turut hadir mengantungi banjir
kecemasan membelah diri
sementara kau tersedak kesedihan
menumpah entah ke mana
menyumpah entah siapa

tunas harapan yang pernah kau tanam
menumbuhkan sulur-sulur berbelit
yang gemar memanjangkan kemurungan
melilit erat seperti ular, menukar kecupan dengan gigitan
bisa dan air mata mengental
serempak dibentuknya gumpalan kegelapan
berputar-putar di pusat angan

Pada lengkung usia, rindu tumbuh amat rindang
pepohonan menjulangkan kekosongan
kau baru paham ternyata ia-lah sebab
malam demi malam terasa ganjil, juga sering
mendatangkan linu batin yang subtil
sebab kangen memang mahir memicu rematik
yang sebegitu ngilu
juga jago memelintir hati
jadi sekacau itu

Wonokromo, 2021.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan