Islam, Sejarah, dan Indigo

7,686 kali dibaca

Menurut WH Walsh, sejarah itu menitikberatkan pada pencatatan yang berarti dan penting saja bagi manusia. Catatan itu meliputi tindakan-tindakan dan pengalaman-pengalaman manusia pada masa lampau pada hal-hal yang penting sehingga merupakan cerita yang berarti. Secara garis besar, sejarah adalah pengalaman manusia dari masa lalu yang memiliki peran yang penting untuk masa sekarang. Jika kita sedang berbicara mengenai sejarah, maka kita tentu saja akan membahas dua poin penting: waktu dan kejadian.

Waktu, akan selalu merujuk kepada masa di mana suatu kegiatan itu dilakukan oleh manusia. Sedangkan, kejadian adalah aksi yang melekat pada waktu (masa lampau). Itulah mengapa dalam pelajaran sejarah di Indonesia, peserta didik selalu dicekoki dengan suatu peristiwa dan tahun kejadiannya, seakan itulah kunci dari sejarah. Namun, tak bisa dimungkiri, memang “agak benar”.

Advertisements

Lalu bagaimana kita menggali kejadian yang sudah puluhan hingga ribuan tahun yang lalu? Apakah sejarawan benar-benar mengetahui kejadiannya sehingga ketika muncul dalam suatu diskusi atau liputan, mereka benar-benar yakin menjelaskan dengan gamblang seakan mereka adalah saksi kejadian yang sudah sangat lampau itu.

Tidak ada hal yang tidak mungkin. Mungkin baga yang sering melihat konten Youtube tentang hal-hal supranatural, kita sangat sering mendengar istilah retrokognisi. Retrokognisi adalah sebuah kemampuan untuk mengetahui dan melihat dengan jelas kejadian yang sudah berlalu. Sebagai contoh, ada seorang indigo yang dapat menceritakan sejarah suatu desa dengan sangat jelas, bahkan sangat detail. Padahal, ia baru saja mengunjungi desa tersebut. Ia bahkan dengan fasih menyebutkan tokoh-tokoh yang ada dan menunjukkan sudut-sudut desa yang kiranya menjadi tempat terjadinya kejadian penting di masa lalu.

Apakah ia adalah sejarawan? Tidak, ia memang mempunyai kemampuan retrokognisi, kemampuan kembali ke masa lalu untuk mengetahui apa yang benar-benar terjadi. Mengkhayal? Bisa jadi omongan yang saya ujar ini salah. Ini semua adalah perihal kepercayaan, dan saya tidak bisa memaksa bahwa kepercayaan saya yang paling benar. Kita bisa percaya atau tidak. Semua kembali ke diri kita.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan